Minggu, 25 Januari 2015

Menjadi Orang Yang Arif

Sebagian orang masih tidak percaya bahwa setelah kita mati itu kita akan menjalani kehidupan akherat yang tidak pernah akan berakhir ujungnya. Perjalanannya begitu panjang, sementara kehidupan kita di dunia ini tidak lebih dari 70 tahun tahun. Walaupun penetapan umur itu adalah hak prerogratif Allah SWT semata. Karena ibarat daun yang kering tidak selamanya jatuh ketiup angin namun ada juga daun yang hijau jatuh dari rantingnya. Hanya saja dalam kehidupan kita sehari-hari yang kita alami ini proses masa penuaan dalam kwalitas kehidupan manusia itu di mulai antara 60 – 70 tahun.

Bagi mereka yang kini telah melebihi masa usia 70 tahun, mereka adalah orang-orang yang telah diberi bonus dalam kehidupannya di dunia. Sementara yang kita ketahui bahwa Nabi SAW yang menjadi anutan bagi kaum muslimin (termasuk kita) hanya berumur 63 tahun saja. Oleh karenanya banyak orang yang sering mengatakan “berbahagialah orang-orang yang yang diberi umur panjang yang melebihi umur Nabi SAW. Berarti ia telah diberi bonus oleh Allah SWT dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Semoga dengan umur yang panjang itu kita dapat meningkatkan kualitas IMTAQ kita, dan dapat meraih kebaikan setiap harinya dalam rangka investasi pahala”. Dan kitapun perlu arif janganlah kita lalai atau terlena dalam menggunakan umur kita ini, karena setiap orang akan diminta pertanggungjawabannya tentang umur yang dianugerahkan tersebut kepada kita. Allah SWT berfirman dalam surat Al Mu’minun ayat 114 "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”.

Kita terkadang suka melupakan peringatan Tuhan, sehingga kita terlalu egois, sombong dan pongah untuk mengumbar hawa nafsu kita dalam mengejar kepuasan kehidupan dunia. Terkadang dalam mencapai kedudukan, kekuasaan, kehormatan, dan meraih harta, kita sering melawan larangan yang Allah SWT telah gariskan. Dan terkadang pula, kita lupa, bahwa kematian itu akan merenggut nyawa kita setiap waktu sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Nisaa ayat 78 yang berbunyi “Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.

Ajal atau Kematian merupakan suatu ketetapan yang telah Allah takdirkan, kapan waktunya, tidak bisa dimundurkan dan tidak bisa dimajukan. Masalah ajal ini persis seperti masalah mencari rezeki yang penuh rahasia. Kecuali mereka yang melakukan korupsi dan merekayasa pelaporan keuangan dengan cara menggerogoti anggaran keuangan Negara.

Bagi orang-orang yang selalu bersyukur atas limpahan rejeki Allah, dan selalu ingat Allah atas anugerah yang diterimanya, digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai orang-orang yang berperilaku mulia dan terpuji, apalagi mereka yang telah diberi umur panjang ia selalu berucap ”Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

Kalau saja kita adalah orang-orang yang kuat imannya, kuat dalam mempertahankan keyakinan dan aqidah yang kita miliki, kuat dalam menegakkan kebenaran dan kejujuran, suka membaca ayat-ayat al Qur’an dan hadist, sekalipun kita mempunyai kedudukan yang tinggi dalam jabatan, mempunyai kesempatan untuk melakukan korupsi ditempat pekerjaan yang kita geluti, namun kita tidak melakukannya. Sekalipun kita cinta kepada anak dan isteri, cinta akan harta yang melimpah, atau cinta karena perempuan lain yang menjadi selingkuhannya. Walaupun oleh sebagian kolega kita akan dianggap sebagai orang yang bodoh dan tidak memanfaatkan kesempatan yang ada.

Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang takut akan kehidupan akherat. Karena Allah SWT telah menyatakan dalam surat An Najam ayat 40 “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” Kalau usahanya di dunia ini adalah kebaikan maka Allah SWT akan membalasnya dengan ganjaran pahala. Tetapi bila kita selama di dunia berbuat maksiat dan kejahatan, maka di akherat kelak kita akan menanggung dosa atas perbuatan yang pernah kita lakukan. Karena itu, takutlah atas azab Allah yang amat pedih.”Dan jika kamu sekalian bersyukur atas nikmat yang Aku berikan, maka niscaya akan Aku tambah nikmat-Ku untukmu. Dan jika kamu sekalian kufur atas nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku itu sangat pedih.

Semoga kita termasuk dalam kelompok orang-orang yang takut dalam memanfaatkan sesuatu yang bukan hak kita.

Walahu’alam bishawab

Kenapa Kita Berbuat

Hidup adalah sebuah kesempatan yang harus  di isi dengan banyak hal. Dalam kehidupan seharian yang waktunya tidak lebih dari 24 jam kita banyak mempunyai kesempatan untuk dapat berbuat yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain.

Berbuat yang bermanfaat bagi diri kita sendiri adalah kita sering melakukan muhasabah dan memohon ampun kepada yang memberi hidup (vertikal). Sedangkan apa saja yang kita perbuat untuk tidak mengecewakan orang lain, menyusahkan orang lain, atau membuat sengsara orang lain adalah perbuatan yang baik (horizontal) yang berpulang kepada diri kita berupa ganjaran pahala dari Allah SWT.
Alangkah sepinya hidup ini, alangkah ruginya hidup ini, manakala kita yang mempunyai kesempatan tapi hanya berdiam saja dan tidak melakukan sesuatu kebaikan untuk orang lain.

Terkadang kita terlalu egois untuk tidak menolong orang lain dalam kesulitan ketibang kita berbuat kebaikan. Karena orang yang akan kita tolong itu ternyata adalah musuh atau rival kita. Sehingga kita akan lebih senang membiarkan dan melihat lawan atau rival kita menderita dan susah.

Kamis, 22 Januari 2015

Aku Ditolong Kawan Tetanggaku

Setelah selesai mengeposkan surat di kantor pos Kreo akupun segera pulang. Aku berdiri dipinggir jalan menunggu angkot nomor 07 jurusan Pondok Aren yang lewat depan kompleks Deplu, namun angkot yang kutunggu-tunggu itu tidak kunjung datang. Padahal biasanya setiap 15 menit angkot merah nomor 07 itu lewat, tapi kali ini sudah lebih dari 15 menit belum juga muncul. Sementara itu, telah kuhitung lebih dari 10 angkot nomor 01 dan 09 telah berlalu dihadapanku. Sebenarnya kalau aku mau menggunakan angkot nomor 012 aku bisa saja, tapi aku harus berjalan dulu sekitar 500 meter ke ujung jalan masuk cipadu di pasar Kreo itu.

Tidak jauh dari tempatku berdiri, kurang lebih 10 meter, kulihat seorang ibu tua memakai pakaian jawa dengan membawa tas kain gendongan yang agak lusuh telah beberapa kali menyetop angkot nomor 01 yang akan ke arah Cileduk, namun ia tidak naik. Aku tidak sengaja menghitung angkot-angkot yang telah distopnya kiranya sudah lebih dari tujuh angkot, namun tidak satupun angkot yang mau mengangkut ibu dan anaknya itu. Sementara itu anak kecil yang seumuran cucuku itu mungkin berumur empat tahunan menangis dan memegang tangan ibunya erat-erat. Aku lihat setiap anaknya menangis dan menggoyang-goyangkan tangannya si ibu selalu menunjuk kearah angkot yang akan lewat didepannya. Itu angkotnya datang, begitulah kira-kira pikirku.

Beberapa orang yang bersamaan menunggu angkot ditempat si ibu itu, si ibu kerap mendekat dengan menyodorkan tangan kanannya pada orang-orang yang didekatinya. Rupanya si ibu itu sedang meminta bantuan dari orang-orang yang ada disekitarnya, namun tidak seorangpun yang mau memberi untuk menolongnya.

Aku yang sedari tadi memperhatikannya ada rasa kasihan terpanggil untuk pergi ketempat si ibu itu, dan menanyakannya kenapa ia tidak mau naik angkot yang sudah distop berhenti dan siap membawanya. Si ibu itu dengan terus terang mengatakan bahwa ia tidak punya uang untuk naik angkot. Ia hanya mohon kepada supir angkot yang ia stop bisa numpang bertiga sampai ke Cileduk. Dan ia berharap adalah orang-orang disekitarnya yang mau memberi bantuan untuk ongkos perjalanannya itu ke Cileduk.

Sopir-sopir angkot yang distopnya tadi semuanya menolak kalau tidak membayar tidak akan diangkutnya. Sementara itu, suaminya si ibu itu sedang duduk di bangku reyot dipinggir gerobak rokok karena sakit lambung. Katanya telah hampir empat hari ia sakit dan bisa bekerja mencari uang. Sedangkan anaknya lapar sejak kemarin belum makan. Aku bertanya pada si ibu “apa pekerjaan suami ibu? Kataku.

Si ibu menjawab “hanya pencari barang-barang bekas di sampahan seperti gelas aqua plastic, kertas-kertas koran dan atau kardus” katanya.
“Sudah dibawa ke Puskesmas untuk berobat” kataku lagi.
“Nggak punya uang pak. Jangankan untuk berobat. Untuk makan saja saya sulit. Saya minta-minta kerumah-rumah barangkali ada yang kasihan pada saya dan mau ngasih” katanya.
“Memang kamu tinggal dimana” kataku. “kan bisa minta surat pengantar dari pak RT untuk berobat ke Puskemas. Di Puskesmas nggak perlu bayar khok”. Kataku lagi.
“Saya bukan anggota bpjs pak. Saya sudah ke puskemas tapi ditolak”
“Tapi kamu punya KTP’kan” kataku bertanya lagi.
“Punya pak. Tapi sudah mati beberapa tahun yang lalu. Ktp saya dari desa Mauk pak. Sekarang saya mau pulang ke kampung. Barangkali bisa berobat disana. Cuma untuk pulang ke desa nggak punya uang” katanya.

Ibu itu berkata jujur dan terus terang. Bapak dan ibu itu beserta anaknya bermaksud mau pulang ke desanya di desa Mauk, Tangerang, untuk berobat di kampungnya, karena ditempat yang ia tinggali tidak bisa berobat. Aku bertanya dalam hatiku, Mungkinkah orang-orang miskin seperti ibu ini nggak bisa berobat di puskesmas ? Padahal pemerintah daerah bisa memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi orang-orang miskin seperti ibu ini. Memang sich setahuku, kalau mau berobat di rumah sakit di Tangerang apabila tidak punya uang minimal sebesar 350 ribu rupiah sepertinya tidak bisa berobat. Apalagi di klinik-klinik yang tersebar dipinggir jalan kalau tidak pegang uang tidak mungkin dapat pengobatan gratis. Masya Allah, betapa mahalnya sebuah kesehatan.

Aku tidak sengaja khok su’udzon sama pemerintah. Padahal dalam pasal 34 UUD 1945 ada pasal yang menyebutkan bahwa “Fakir Miskin dan anak-anak terlantar dipelihara Negara Negara”. Sementara itu, waktu pak Jokowi naik jadi presiden RI pernah mengobral kartu sehat bagi masyarakat miskin tapi keluarga ibu ini khok tidak bisa terdaftar. Kasihan ya…orang-orang miskin yang tidak punya kartu bpjs tidak punya ktp untuk berobat ke puskesmas saja nggak bisa, apalagi ke rumah sakit besar.

Kembali pada si ibu, bapak dan anaknya yang mau pulang ke desa Mauk. “Aku khok shok jadi pahlawan. Padahal aku juga tidak punya uang. Sungguh tadi sewaktu aku berangkat ke kantor pos hanya membawa uang sebesar 25 ribu rupiah saja. 5 ribu untuk ongkos berangkat, dan 5 ribu lagi untuk ongkos pulang. Yang 8 ribu rupiah sudah kukeluarkan buat beli perangko. Dan sisa uangnya masih sebesar 7 ribu rupiah, rencananya mau aku belikan koran”. kataku dalam hati.

Aku jadi bingung sendiri, bagaimana caraku untuk menolong si bapak ibu ini pulang beserta anaknya yang nangis itu dan yang katanya belum makan dari kemarin sore. Kalau aku kasih uang 7 ribu ini kepada si bapak ibu untuk ongkos, apakah akan sampai ke desa Mauk?. Padahal perjalanan dari Kreo ke Mauk itu jauh dan harus naik angkot paling tidak 4 kali lagi dan disambung dengan ojeq untuk sampai ke desanya. Aku hitung-hitung mungkin si bapak Ibu ini memerlukan uang transport sebesar 30 ribu rupiah untuk sampai ke desanya, kecuali kalau ada supir angkot yang berbaik hati mau memberi tumpangan. Padahal yang aku tahu, hampir semua sopir-supir angkot selalu mengomel kalau penumpangnya membayar kurang. Kata-kata kasar kadang-kadang keluar begitu saja dari mulutnya sopir angkot yang apabila penumpang membayarnya kurang, walaupun hanya kurang sebesar lima ratus atau seribu rupiah.

“Tunggu sebentar ya bu” kataku. Kemudian aku menyeberang kembali ke arah kantor pos. Aku pergi ke Warteg di sebelah kantor pos yang biasa aku datangi kalau aku makan di Warteg itu. Aku sudah menjadi langganan makan disini karena hampir setiap ke kantor pos aku sengaja makan siang disini di Warteg ini. Aku pesan nasi bungkus untuk anaknya si ibu itu ala kadarnya sekedar untuk makan dari uang yang aku punya. Aku kembali lagi ketempat si ibu yang sedang menunggu dan kuberikan bungkusan nasi itu.

Sementara aku lagi berpikir keras untuk menolong si ibu ini, tiba-tiba ada seorang pemulung yang dengan gerobaknya lewat didepanku. Aku kenal dengan pemulung itu namanya pak Joni yang tinggal dipinggir tembok dibatas tanah upakara Deplu. Karena hampir setiap 2 atau 3 hari sekali Pak Joni ini lewat di depan rumahku dan kerap mencari barang-barang bekas yang aku buang. Biasanya aku masukan kedalam kantong plastic dan kugantungkan dipohon didepan rumahku seperti botol plastic bekas kecap-saus atau air aqua, koran-koran, atau kardus.

Aku berhentikan pak Joni dengan gerobaknya. Setelah aku ngobrol sebentar tentang kesulitan si bapak ibu itu, iapun mengeluarkan uang dari dompetnya yang lusuh sebesar 10 ribu rupiah yang langsung aku berikan pada si ibu itu. Oleh si ibu, uang 10 ribu rupiah itu dibelikannya obat promag di warung rokok buat si bapak dan sisanya dibelikan roti untuk suaminya. Aku bersyukur untuk sementara kebutuhan yang mendesak itu dapat diatasi.

Aku bilang “ibu tunggu disini ya bu nanti saya kembali lagi” sambil aku memanggil tukang ojek yang sedang ngetem di depan toko bangunan. Rencanaku aku mau pulang ke rumah untuk mengambil uang. Baru sampai di depan giant supermarket aku ketemu kawan tetanggaku yang di kompleks yang mau berangkat ke kantor. Aku berhenti disitu dan aku menyampaikan maksudku pada temanku ini bahwa aku butuh uang sebesar 50 ribu saja untuk menolong orang yang sakit. “Aku bilang, aku tidak membawa uang sewaktu aku ke kantor pos. Nanti aku ganti setelah aku sampai dirumah ya pada temanku” kataku.

Akupun kembali lagi dengan ojeq yang kutumpangi itu ketempat si ibu bapak yang sedang menungguku. Kemudian aku berikan uang yang aku pinjam dari temanku itu kepada si ibu bapak yang mau pulang ke Mauk.

 Aku bersyukur dapat menolong si ibu bapak dan anaknya naik angkot nomor 01 ke arah Cileduk. Semoga dalam perjalanan ada orang-orang yang mau berbuat baik kepada si ibu bapak itu. Semoga ia dapat berobat dikampungnya dan sehat kembali.

Selasa, 20 Januari 2015

Untukmu Sahabat


Bulan terang di atas kuburan sunyi
Pantai Penang indah berseri
Saya datang bersama isteri
Bekerja di Penang sambil mengabdi

Batu Feringgi di Teluk Bahang
Sungai Ara jauh dari Simpang Empat
Saya disini bukan semata mencari uang
Selain mengabdi juga mencari saudara, teman dan sahabat

Kawasan Juru bersebelahan dengan kawasan Parit
Pematang Pauh dekat Bukit Minyak
Teman seribu terlalu sedikit
Musuh satu terlalu banyak

Maka dengan ini saya nyatakan
Bahwa saya disini tidak mempunyai musuh
Sekalipun seseoran
Saya tidak pernah mendendam pada siapapun
Yang ada adalah lingkungan teman, saudara, sahabat dan sobat

Beli pisang di Bayan Baru
Kota Sintok lewat desa Yan
Selama di Penang berteman seribu
Hari esok tinggal kenangan

Buah manggis bukan buah duku
Buah kelapa di Abu Siti
Hati kami terasa menangis
Karena esok kami harus pergi
Tugasku habis sampai disini 

Bukan perpisahan yang kami sesali
Tapi pertemuanlah yang menjadi
Kami sekeluarga memohon maaf
Bila ada kesalahan yang pernah terjadi
Khususnya dalam pergaulan dan tugas sehari-hari
 
Untukmu sahabat yang tidak kusebut satu persatu
telah banyak membantuku dalam tugas
Dan juga kepada bapak ibu Home Staf, dan Teman-teman Local Staf
Serta WNI di Penang
Yang banyak membantu saya dalam tugas di bidang Eko-sosbud
dan kegiatan lainnya,
Saya mohon maaf,
Karena terlalu banyak kegiatan KJRI 
Yang selalu menyita tenaga teman-teman semua

Kepada Ibu-ibu Dharma Wanita
Yang juga banyak membantu saya
Saya ucapkan terima kasih
Saya/kami mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya 

Luka di kulit masih bisa di obati
Tapi luka dihati akan terbawa sampai mati
Sekali lagi saya dan istri tercinta Rosmarliati
Me-Mohon maaf lahir dan bathin.
Insya Allah kita dapat berjumpa lagi


Penang, 3 Januari 2010

 

 

 

 

Sabtu, 17 Januari 2015

Sebuah Pengharapan


Aku terbangun.. kala suara kokok ayam tetangga berbunyi …dan nun disana… di kejauhan sana.. kudengar suara kicauan burung-burung yang saling bersahutan…dan sesekali kudengar suara motor yang berlalu.. sungguh aku bersyukur…aku masih diberi hidup …aku dapat menghirup udara pagi yang segar ini….kulihat jam didinding ..waktu baru menunjukkan pukul empat sepuluh menit dini hari…

Tak lama.. kudengar suara azan berkumandang dari speaker masjid yang tak jauh dari rumahku…mengalunkan suara yang  begitu indah sekali …bagaikan suara seruling yang mengalun  di tengah sawah….… tapi sayang… sekarang ini aku tidak pernah lagi mendengar..suara orang yang mengalunkan tahrim subuh..seperti didesaku…mungkinkah ini sudah erosi…

Kulangkahkan kakiku menuju masjid…masya Allah…betapa indahnya pemandangan langit di ufuk timur sana..nampak guratan awan bertumpuk–tumpuk kemerahan di sela-sela warna putih kemilau yang bertebaran… subhanalah..indah sekali…semoga saja …hari ini cerah dan bahagia..

Waktupun berlalu…dan tak lama sinar  mentaripun muncul dengan malu-malu dibalik awan itu..bersyukurlah..  kita masih dapat menghirup udara pagi yang segar itu…dan kitapun masih dapat menyaksikan sinar mentari yang masuk dari celah-celah jendela di rumah kita…padahal semalam.. hujan itu begitu lebat sekali membasahi bumi desa jurangmangu…tiada henti… dan begitu besar sekali… layaknya air yang disemprotkan dari mesin air ke pepohonan di taman…namun pagi ini..masya Allah…begitu cerah sekali….

Berbahagialah teman2 dan sahabat yang hari ini dapat menikmati keindahan pagi yang cerah itu…berbahagialah teman2 dan sahabat yang saat ini dalam  keadaan sehat wal afiat… tiada kurang suatu apa...

Kulihat disana…diluar sana… nampak bunga rose warna merah sedang bercanda ria dengan kupu-kupu…dan dipojok sana ..bunga melatikupun sedang asik bercanda ria dengan kupu-kupu lainnya…ah sungguh bahagianya kupu-kupu itu… dia lari terbang dan menyentuh…akupun tersenyum…

Tetanggaku didepan rumah.. dan disisi sebelah rumah…menyapaku dengan say hi..mereka semua nampak akrab …sungguh Allah telah memberi kebahagiaan tersendiri…pada lingkungan yang serasi…inilah kehidupan bertetangga sejak kutinggal tigapuluh dua tahun yang lalu…. mereka semua telah kuanggap seperti keluargaku… karena…semua anak-anak dan cucu-cucuku lahir dan dibesarkan disini…

Aku suka lingkunganku sehat…sehat adalah kebahagiaan yang senantiasa harus kita syukuri...sehat adalah kehidupan yang selalu dicari orang…karena berapapun besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mengobati sakit..orang akan mencari sehat..karena sehat adalah harapan bagi semua orang...

Semoga saja… hari ini tidak ada seorangpun saudara2ku… teman2 dan sahabatku yang sakit…dan tidak ada seorangpun yang mengalami kesusahan hidup… semoga yang sedang sakit hari ini Allah beri kesembuhan…dan yang sedang kesusahan hari ini diberi limpahan rejeki yang banyak…agar mereka semuanya dapat menikmati kebahagiaan… walaupun situasi dan kondisi ekonomi sekarang ini.. nampak masih kurang mendukung dan kondusif… sekalipun harga bbm telah diturunkan pemerintah…namun ternyata… semua harga-harga seperti tariff/ongkos angkot-bus umum- kereta api- tiket pesawat udara, dan khususnya SEMBAKO masih saja mahal dan tidak mau turun…bahkan harga gas elpiji pun diam2 turut melonjak ikut2an naik…

Semoga saja.. semua orang-orang yang pensiun masih dapat tersenyum… sehat dan tidak ada yang sakit…walaupun diantara mereka… ada juga yang mengeluh… khususnya para pensiunan janda, golongan satu dan dua… mereka hanya bisa mengeluh dengan keadaan ekonomi yang semakin berat ini…

Semogalah Allah memberikan kita umur panjang...agar kita dapat melihat perkembangan anak-anak dan cucu-cucu kita...

Semoga kita selalu dalam keadaan sehat dan selalu mendapat limpahan rejeki…

Semoga kita tidak pernah lupa untuk selalu bersyukur dalam menjalankan kehidupan ini…dan dapat bersilaturakhmi dengan siapa saja tanpa ada perasaan iri hati, dengki, marah dan benci.

Semogalah Allah mengabulkan do’a kita bersama…aamiin….

 

Jurangmangu Timur, 17 Januari 2015

 

Sabtu, 03 Januari 2015

Mensyukuri Nikmat Allah


Yaa Allah
Engkau Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Engkau Maha Tunggal, 
Engkau Maha Besar,
Engkau Maha Kuasa Atas Segala Sesuatunya
Engkau  Maha Segala-Galanya
Tiada Sekutu Bagimu,
Tiada Sesuatu Yang Menyerupai Akan Engkau
Laesa Khamis Lihi Syai’un
Qul Hu Allahu Ahad Allahus Samad
Lam Yalid Walam Yulad
Walam Lakul Lahu Kufuwan Ahad

Yaa Allah
Engkau beri setiap orang rejeki
Engkau beri setiap orang kebahagiaan
Engkau beri setiap orang atas segala kebutuhannya
Sekalipun tidak diminta
Engkau beri aku rejeki, kesehatan dan kebagiaan
Engkau beri aku kekayaan yang tiada tara banyaknya
Baik kekayaan jasmani maupun rokani
Alhamdulillah hirabbil alamin

Yaa Allah
Aku bersyukur kepadamu yaa Allah
Atas nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku
Betapa banyaknya nikmat-nikmat yang Engkau berikan kepadaku
Tidak pernah dapat kuhitung
Betapa banyaknya nikmat-nikmat itu
Yang Engkau berikan kepadaku

Yaa Allah
Jadikanlah aku orang yang selalu bersyukur kepadaMU
Dalam setiap saat dan setiap detik

Yaa Allah
Aku orang yang hina,
Orang yang tidak memiliki apa-apa
Semua yang kumiliki ini
Adalah nikmat yang Engkau berikan kepadaku
Alhamdulilah hirabbil alamin

Yaa Allah
Jangan jadikan aku orang yang sombong
Orang yang suka iri dan dengki atas nikmat Engkau yang diberikan kepada orang lain
Jadikan aku orang yang selalu  mensyukuri nikmatMU
Jadikan aku orang selalu mengingatMU
Dalam segala hal dan waktu

Yaa Allah
Aku sama sekali tidak berdaya
Aku tidak memiliki apa-apa
Kecuali apa yang telah Engkau berikan
Dalam usahaku ini

Ampunilah aku yaa Allah
Atas dosa yang-dosa-dosa yang telah aku perbuat
Atas kekhilapan yang aku sengaja
Atau tidak sengaja aku perbuat
Kasihanilah aku yaa Allah
Kepada-MU-lah aku meminta,
Kepada-MU-lah aku berlindung
Tiada sekutu bagiMU yaa Allah

Alhamdulilah hirrabil alamin

 

 

Jumat, 28 November 2014

Aku Kasihan Anak Cucuku Kehujanan




Hujan di siang hari di waktu anak-anak pulang sekolah merupakan ceritera tersendiri bagi anak-anak yang berumur 10 – 12 tahunan. Termasuk cucu-cucuku yang pulang dengan baju kebasahan. Maklumlah dia pulang dengan menggunakan angkot dan ojeq, karena memang setiap hari menggunakan angkot dan ojeq.

Hujan bukanlah penghalang bagi anak-anak. Justru hujan ini merupakan moment yang ditunggu-tunggu untuk berhujanan ria dengan teman-temannya. Karena kapan lagi mereka dapat berhujan-hujanan dan berbasah-bahasan bersama dengan teman-temannya. Mereka sengaja kehujanan dan kebasahan bersama.

Hampir semua anak-anak yang pulang sekolah pada jam itu, yang tidak dijemput orang tuanya dengan kendaraan mobil dipastikan kehujanan dan kebasahan. Sebagai eyangnya aku kasihan, tapi mereka nampak senang dan gembira bisa menikmati kebasahan hujan bersama teman-temannya. Inilah kegembiraan yang tidak pernah akan mereka lupakan sampai ia dewasa kelak.

Bila sore/malam hari hujan aku berdo’a semoga anak-anakku tidak kehujanan dan kebasahan karena mereka baru saja keluar kantor untuk pulang dari pekerjaannya. Akupun kasihan banyak orang yang akhirnya pulangnya menjadi larut malam dan kelelahan. Perjalanannya terhambat karena jalan-jalan itu banjir dan tergenang air hujan. Boleh jadi banyak orang yang menggerutu dan menyalahkan pejabat tertentu karena sewaktu berkampanye berjanji akan mengatasi banjir dan kemacetan lalu lintas dijalan. Namun setelah mereka duduk di jabatan itu, semuanya itu adalah janji-janji gombal yang tidak atau belum pernah menjadi kenyataan. Mereka hanya mencari simpati agar ia dipilih untuk jabatan yang sangat menjanjikan.

Semogalah mereka menyadari bahwa janji-janji itu adalah hutang yang harus dibayar dan mestinya bisa dibuktikan setelah ia meraih kedudukan yang dikejarnya itu.

Janji adalah hutang, banyak janji adalah banyak hutang. Kalau kita berjanji maka hendaklah kita tepati. Allah SWT mengancam kepada hambanya yang suka berjanji tetapi tidak pernah ditepati sebagaimana firman Allah dalam surat As Shaf ayat 2 dan 3 “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.