Senin, 21 April 2014

Beragamalah Dengan Benar


Orang-orang sombong itu bila disampaikan tentang kebenaran ia akan meremehkan dan menolaknya. Mereka merasa selalu benar apa yang dikerjakan padahal tidak ada dalilnya. Kebiasaan yang mereka lakukan dalam hal beragama hanyalah  taqlid buta sebagai pengikut dan pengekor. Kalau ada yang mengingatkan tentang kebenaran, mereka selalu mencap alirannya berbeda atau orang-orang wahabi (meski mereka tidak faham apa itu wahabi).
Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana seharusnya bershalawat kepadanya, tidak dengan cara mengkultuskan dan ghuluw. Belajarlah Islam secara kaffah dan jangan hanya dari satu sumber saja biar kita lebih arif dan bijaksana. Islam bukan agama tradisional atau keturunan tapi belajarlah beragama dengan benar. Kita adalah orang-orang yang terlahir pada abad modern dan banyak dikungkung dalam ilmu pengetahuan yang masih primitip mengikuti “katanya”, padahal beragama Islam bukanlah mengikuti hawanafsunya tetapi haruslah dengan dalil yang dapat dipertanggungjawabkan agar kita tidak menjadi orang yang merugi di akherat kelak nanti.

 

 
 
 
 
 
 
 

 

 

Waspada Terhadap Teman Sendiri

Siapa yang menanam dialah yang akan menuainya. Tapi bisa jadi siapa yang menanam orang lain yang akan menuainya. Artinya kita tidak akan memperoleh hasil apa yang telah kita perbuat.

Hati kita adalah ladang untuk menanam kebaikan ataupun menanam kejahatan. Apabila kita menanam kebaikan maka kita akan memperoleh atau menuai kebaikan itu dan ganjarannya adalah pahala yang akan kita peroleh di akherat kelak. Apabila hati kita menanam kejahatan suka menggunjing orang lain, suka merendahkan orang lain, suka meremehkan orang lain, suka menfitnah orang lain, suka mengadu domba orang lain, suka iri-benci dan dendam kepada orang lain, suka marah-marah kepada orang lain, maka pada saat itu tidak akan ada kebaikan yang tumbuh di ladang hatimu, bahkan kebaikan yang telah tertanam dihatimu-pun akan sirna pula. Kalau kita suka meng-ungkit-ungkit kebaikan yang pernah kita perbuat pada seseorang atau orang lain. Karenanya janganlah amal-amal kebaikan yang telah kau tumbuhkan diladang hatimu itu menjadi hilang dengan sia-sia.

Tebarkanlah salam dan kasih sayang disekelililingmu maka engkau akan memperoleh teman dan sahabat yang selalu bersamamu. Bahkan mungkin akan menolongmu bila engkau mengalami kesulitan, kesusahan, kecemasan, kekecewaan, kegalauan, ketidak mampuan, kegundahgelanaan,  yang engkau temui dalam perjalanan hidupmu. Dialah teman baik dan sejatimu yang siap membantu dan menolongmu. Tiada keraguan karena ia seiman denganmu.

Janganlah kita merasa bangga dengan teman yang banyak yang bertebaran disekelilingmu, tapi tidak dapat membantu atau menolong kita pada saat kita benar-benar memerlukan bantuannya dalam kesulitan, dimana kita sangat membutuhkan pertolongan mereka. Tapi dia meninggalkan kita dalam kesendirian dan tidak berbuat apa-apa untuk kita.

Dan berhati-hatilah dengan teman seiring sejalan dan seperjuanganmu yang kelihatan baik dihadapanmu tapi dia akan menusuk punggungmu dari belakangmu. Dialah orang-orang munafik yang suka mencari-cari kesalahanmu, yang suka memfitnahmu, dan berusaha menjatuhkanmu karena adanya kepentingan yang tujuannya. Dan engkau diaggapnya sebagai rivalnya yang dapat menghalangi obsesinya dalam mencapai tujuannya itu. Karenanya engkau harus waspada terhadap teman-teman yang ada disekelilingmu”.

 

 

Amalan Yang Sia-sia

Tidak semua perbuatan baik itu dapat dilakukan dengan ikhlas. Namun seyogyanyalah kita berupaya agar perbuatan baik yang kita lakukan itu bernilai ibadah. Janganlah amalan yang kita perbuat itu diikuti dengan perasaan riya walaupun hanya sepintas lalu saja. Karena dengan ke-ikhlas-an itu berarti kita telah melakukan suatu perbuatan yang insya Allah, Allah ridha, sehingga kita mendapat ganjaran pahala.

Kita akan tersanjung kalau kita dipuji orang, karena kita dianggap sebagai orang yang baik hati. Orang yang dermawan. Orang yang suka menolong kesusahan orang lain.  Orang yang suka memberi pinjaman kepada orang-orang yang memerlukan bantuan keuangan karena dihimpit oleh tekanan ekonomi.  Orang yang suka berderma bagi kemaslahatan umum. Orang yang suka berinfaq ke masjid atau mushala. Orang yang suka membantu membangun panti asuhan anak-anak yatim. Orang yang suka memberi pencerahan dakwah di masjid-masjid atau mushala-mushala. Atau orang yang suka berceramah di majlis-majlis taklim.

Karena pujiannya itu dimaklumkan didepan umum dan diketahui oleh orang banyak, maka ia merasa tersanjung dan bangga sebagai orang yang baik, sebagai orang yang suka membantu bagi sesama, sebagai kyai-da’I- ustad yang hebat karena dakwahnya yang sangat menyentuh hati dan menggugah semangat untuk ber-taqwa.

Mereka yang dipuji dengan sendirinya menjadi orang yang terhormat di dalam pandangan masyarakat dan lingkungannya.  Sehingga kalau mereka hadir di suatu acara pertemuan selalu merasa tersanjung. Atau disetiap acara pertemuan ia minta ditempatkan tempat duduk tertentu dan minta dihormati dengan cara mengulurkan tangannya agar dapat dicium.

Apalagi bila dalam suatu pertemuan itu ada pejabat penting yang hadir, dan ia berusaha untuk bertemu dan duduk disebelah kirinya. Kemudian berceritera ini dan itu seolah-olah ia sangat berperan dalam suatu peristiwa yang pernah terjadi. Atau sengaja menonjolkan program yang akan dilaksanakan padahal ia tidak berada dalam ruang lingkup kegiatan tersebut. Maka sikap seperti ini adalah sikapnya orang-orang munafik yang suka membuat kebohongan dengan memperalat orang lain agar ia dikatakan sebagai orang yang arif, bijaksana, penuh idea, dan menonjolkan diri agar dipuji. Mereka memakai topeng untuk kepentingan pribadinya belaka.

Kalaulah perbuatan seperti ini menjadikan kebanggaan dalam hatimu, menjadikan tujuan untuk menarik perhatian orang lain, maka banggamu itu akan menghapuskan semua amalmu yang telah kau tanam dihatimu.

Karenanya janganlah kita mengharap pujian dalam beramal, memamerkan kebaikan kepada semua orang, dan mengharapkan imbalan jasa atas apa yang telah kita perbuat kepada orang lain. Biarkanlah orang lain tidak mengetahui atas apa yang kita perbuat bagi sesama untuk kemaslahatan umum karena hanya semata-mata ingin mendapat ridha Allah,  sehingga amal perbuatan kita itu menjadi suatu investasi pahala yang kita tanam untuk masa depan kehidupan akherat kelak.

 

Hidup itu tidak selamanya bahagia

Hidup itu tidak selamanya bahagia.  Itulah sebuah ungkapan yang sering dikatakan orang dalam menghadapi hidup yang tidak pernah menentu.
Ada waktu senang dan ada waktu susah datang silih berganti menurut kehendak-NYA. Ibarat roda pedati ia berputar menurut sumbunya. Pada waktu kehidupan kita berada diatas, semua masalah yang kita hadapi tidak ada yang bisa dipermasalahkan, karena pada posisi itu hidup kita sejahtera. Pada posisi itu, kita telah memiliki segalanya. Kita mempunyai kedudukan yang tinggi, kita punya uang dan harta kekayaan yang melimpah, dan kita bisa berbuat apa saja menurut kehendak kita karena kita menduduki jabatan tinggi dan mempunyai kekuasaan. Apapun dapat kita beli termasuk kehidupan dunia ini yaitu kesenangan dan kebahagiaan. Kita merasa bahwa apa yang telah kita miliki itu adalah sudah sewajarnyalah kita milki. Kita tidak perlu peduli dengan kehidupan orang lain. Mungkin kita tidak perlu untuk memikirkan hal-hal yang bukan menjadi tanggung jawab kita yang menjadikan kepala ini pusing. Keluhan seperti ini timbul karena banyak orang-orang yang sudah hidup mapan selalu digerecoki oleh orang-orang tertentu yang mengatasnamakan panitia meminta sumbangan dan lain sebagainya. Sehingga kadang-kadang menjadikan kurang simpati atas orang-orang yang hadir atau berkunjung kerumahnya. Padahal kita tidak perlu menutup pintu bagi orang-orang yang kita kenal kalau mereka mau berkunjung atau bertamu kerumah kita. Kita harus menunjukan kepada siapa saja bahwa dalam pergaulan masyarakat kita harus hidup berdampingan dan saling tolong menolong.

Kita suka egois dengan apa yang sudah kita miliki itu. Sehingga dalam do’a yang kita panjatkan agar kita berumur panjang dan berharap  tidak mati saat ini. Kita selalu berharap dapat  hidup panjang seribu tahun lagi agar kita dapat mereguk kesejahteraan dan kebahagiaan yang saat ini telah kita miliki.

Pada waktu kita berada dibawah atau putaran roda ke bawah dan terus kebawah, masya Allah, hidup terasa susah, hidup terasa menderita, dan hidup terasa sengsara sekali. Kitapun bertanya dan menyesali dimanakah teman-teman seperjuangan yang telah lama bersama kita. Adakah ia mau peduli dengan kehidupan kita ? Barangali sudah menjadi axioma bahwa saat kita sejahtera dan bahagia semua kolega kita, teman-teman kita, sahabat-sahabat kita, bahkan orang-orang yang tidak kenalpun akan dekat dengan kita. Tapi apabila kita hidup miskin, susah, dan menderita, maka semua orang-orang yang kita kenal pasti akan menjauhi kita.

Kalau kita kembalikan masalah kehidupan ini pada agama, maka kebahagiaan dan kesengsaraan itu adalah ujian. Mampukah kita tetap bersyukur kepada ilahi rabby  dalam kondisi susah, sengsara, menderita, penuh kecemasan, kesehatan tubuh yang tidak sehat dan berpenyakitan, tidak punya uang, rumah reot dan kebocoran kalau hujan, dan banyak hutang. Dengan keadaan kesusahan seperti ini terkadang kita tidak sabar dalam menghadapi kenyataan hidup susah yang berkepanjangan dan rasanya kita ingin segera mati. Padahal apabila kita dalam kesusahan kemudian kita tidak sabar menerima kesusahan itu, dan kemudian kita mengambil jalan pintas dengan cara gantung diri atau bunuh diri, maka berdosalah kita karena kita telah putus asa dari rahmat Allah dan pertolongan yang akan Allah berikan kepada kita. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar kita bersabar dan harus selalu bersyukur dalam segala hal.

Imam Ahmad berkata, “Hasan meriwayatkan kepada kami dari Ibnu Luhai’ah, dari Ibnu Yunus, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian mengharap-harap kematian dan jangan pula kalian berdoa untuk itu, sebelum ia benar-benar datang dengan sendirinya. Kecuali, apabila orang dimaksud telah yakin dengan amalannya. Karena, apabila seseorang dari kalian meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya. Dan sesungguhnya bagi seorang mukmin, tidaklah umurnya bertambah melainkan akan menambah kebaikan baginya.”

Dalam salah satu hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang dideritanya. Apabila harus melakukannya hendaklah dia cukup berkata, "Ya Allah, tetap hidupkan aku selama kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian baik untukku”.

 

Tidak Terasa Aku Sudah Tua

Kemarin mestinya aku mengucapkan selamat hut kepada ibu mertuaku yang
ke 79, tapi hal itu tidak terjadi, karena ibu mertuaku telah berpulang ke rahmatullah beberapa minggu yang lalu, sekarang aku menghitung hari, menunggu hari yang ke 100 harinya.

Kemarin temanku yang sudah pensiun lama dengan tergesa-gesa dilarikan ke rumah sakit, karena sakit jantungnya anfal lagi. Selain sakit jantung, ia juga punya penyakit lain seperti asam urat, diabetes, kolesterol, darah tinggi dan penyakit batuk yang tidak sembuh-sembuh.

Di blok lain, 300 meter dari rumahku, aku baru saja mengunjungi temanku yang lain, ia terkena stroke ringan, sehingga beberapa hari tidak terlihat di waktu magrib waktu shalat berjamaah.

Di blok yang lain, 400 meter dari rumahku, aku juga mampir dirumah temanku yang terkena stroke, ia sakit hampir sebulan, sehingga tidak lagi bersama kami untuk shalat berjamaah di masjid.

Sementara temanku yang lain, yang tinggal di blok lain, Ia telah tergeletak dirumahnya beberapa bulan lamanya, karena penyakitnya yang tidak kunjung sembuh.

Dipojok sana, temanku yang satu itu juga terkena penyakit tua, jalannya sudah tertatih-tatih, kalau batuk tidak pernah berhenti.

Kalau sedang berceritera tentang penyakitnya banyak sekali.

Kemarinya lagi, aku menjenguk orang tuanya sahabat anakku yang meninggal karena serangan jantung, padahal umurnya lebih muda setahun dari aku. Padahal ia tidak sakit apa-apa ia sehat wal afiat, tapi umurnya telah sampai.

Kemarinnya lagi dan hari ini, anak-anak keponakan bergiliran masuk rumah sakit terkena DB. Masya Allah, betapa banyaknya macam penyakit yang diderita oleh teman-temanku, termasuk aku yang terkena penyakit DM.

Tetanggaku disebelah rumah, juga baru saja dimasukan ke rumah sakit semalam, karena serangan jantung, padahal ia begitu sehat dan gagah. Ternyata penyakit tidak mengenal orang sehat atau orang yang berpenyakitan.

Kemarin, di masjid Al Muhajirin diselenggarakan pemeriksaan kesehatan murah bagi anggota TAWAAL (peserta Tabungan Wakaf Akherat Al Muhajirin), kulihat begitu banyak teman-temanku yang datang untuk ikut memeriksakan kesehatannya.

Aku menunggu giliran dan kulihat mereka yang datang sudah tua-tua.
Sudah renta, dan sudah tidak berdaya.
Rambutnya sudah memutih, tubuhnya sudah ringkih.
Tangan dan kakinya tidak sekuat dulu, kulitnya saja sudah pada keriput.
kalau tersenyum giginya sudah pada bolong karena ompong.
Mereka datang ada yang dipapah, ada juga yang sudah dengan tongkat penyangga.
Mereka datang dengan keluhannya masing-masing.
Yang sakit kakinya, yang sakit tangannya, yang sakit giginya,
yang sakit pusing, yang sakit batuk, yang jantungnya berdebar-debar, yang asam uratnya tinggi, yang kolesteralnya tinggi, yang punggungnya sakit, yang tensinya tinggi, yang tidak bisa tidur,
yang masuk angin, yang flu-nya tidak sembuh-sembuh,
yang demamnya tinggi, yang tenggorokannya sakit, dan yang lainnya, belum lagi ada yang kanker.
Ada juga yang benar-benar kanker (kantong kering) sehingga penyakitnya makin bertambah-tambah.

Masya Allah, betapa banyaknya penyakit ini bila kita telah tua.
Penyakit, bila Ia datang tidak bicara, tidak mengetuk pintu, dan tidak memberi kode.
Kalau penyakit telah bersarang di badan ini, ia tidak mau pergi.
ia ingin menjadi teman dan bahkan ingin menjadi sahabat.

Tubuhku kini sering sakit-sakitan, aku sudah tidak muda lagi seperti dulu
Yaa Allah….sehatkanlah aku…ampunilah aku…
jauhilah aku dari berbagai penyakit… Yaa Allah….

Allahumma innii a'uudzubka minal barashi
wal junuuni wal judzaani wa sayyi'il aswqaami
Allahumma 'aafinii fii badanii.
Allaahuma 'aafinii fi sam'ii.
Allaahumma 'aafinii fii basharii.
Allaahumma innii a'uudzu bika minal kufri wal faqri. Allahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabil qabri
laa illaaha illaa anta…amin…..

 

 

 

Siapa Yang Menanam Dia Yang Akan Menuainya

Setiap orang akan memikul tanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Apapun usaha yang telah dilakukannya, buruk dan baik adalah buah perilaku yang dilakukannya sendiri. Artinya, “siapa yang menanam, tentulah dia yang akan menuainya”, sekalipun terkadang ada juga yang menyebut “siapa yang menanam tapi orang lain yang menuainya”.

Axioma kedua ini adalah pengecualian karena sesuatu hal yang menyebabkan karena ingin berbuat kebaikan kepada orang lain atau karena ingin memberikan sesuatu kepada anak keturunannya.

Untuk aksioma yang kedua ini bisa saja hal itu terjadi, namun biasanya dilakukan oleh orang-orang yang arif dan bijaksana, serta mempunyai pandangan yang jauh kedepan bagi anak dan keturunannya. Mereka berprinsip menanam kebaikan saat ini dan mengharap hasilnya dapat dinikmati oleh anak dan keturunannya agar dapat hidup bahagia dan sejahtera. Ibarat seorang kakek/nenek yang sudah tua dan telah berumur dan ia mempunyai pekarangan yang cukup luas di sekitar rumahnya, ia menanam pohon kelapa atau pohon buah (mangga, durian, rambutan, jambu, sawo,  dan lainnya) dipekarangannya, sementara sebelum menikmati hasilnya ia telah meninggal dunia, maka warisannya itulah yang akan diterima dan dinikmati oleh anak-anak keturunannya dan mungkin juga orang lain yang ada disekitarnya.

Pohon-pohon yang ditanam itu merupakan kebaikan yang dibangun untuk dinikmati oleh siapa saja termasuk untuk burung-burung, codot, kelelawar bajing dan binatang lainnya yang suka dengan buah-buahan. Mereka tidak mengusirnya karena tujuan menanam itu adalah untuk manusia dan binatang, sehingga ia merasa bangga dapat juga memberikan makan bagi binatang-binatang liar tersebut yang ingin memakan buah buahan tersebut.

Kakek nenek kita dulu memang memiliki sawah atau kebun itu karena warisan dari orang tuanya. Sementara sekarang ini banyak orang yang memiliki sawah, kebun atau pekarang dibelinya dari uang hasil korupsi, dari hasil mencuri-merampok atau menggerogoti keuangan negara, atau merekayasa proyek fiktif yang anggarannya masuk dalam rekening pribadi, dan atau melakukan korupsi yang pada akhirnya ia memiliki harta kekayaan dari hasil penghasilan yang tidak sah. Padahal dengan melakukan korupsi itu ia akan membawa kesusahan dan penderitaan bagi dirinya dan keluarganya.

Mereka sengaja melakukan perbuatan yang tidak terpuji itu dengan melaku korupsi  dengan maksud untuk memperkaya diri karena harta kekayaan yang dimiliki masih dianggap kurang. Sehingga terlena untuk terus melakukan penyelewengan dan merekayasa laporan fiktif atau palsu. Padahal apabila ia tertangkap oleh KPK dengan dakwaan melakukan perampokan uang negara maka perbuatan itu  dianggap sebagai melanggar hukum dan kriminal. Namanya akan mencuat menjadi populer dan terkenal keseantaro dunia seperti selebritis karena selalu disebut-sebut setiap saat dalam berita atau headline news. Sedangkan wajahnya selalu di close up terpampang di media TV atau di media cetak. Dan yang lebih memalukan lagi adalah diberinya pakaian trophy warna orange dengan tulisan dibelakang punggungnya sebagai “Tahanan KPK”.

Allah SWT telah mengingatkan kepada kita agar kita waspada dan berhati-hati dalam hal menjaga amanah. Karena jabatan itu adalah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Apabila kita telah merusak amanah itu, maka bersiap-siaplah kita menerima kehancuran yang kita buat sendiri dan berdampak tidak hanya kepada diri kita sendiri tetapi juga kepada keluarga kita (isteri, anak, orang tua dan mertua, famili dan saudara sekandung). Kita akan merasa malu hidup ditengah-tengah masyarakat dengan sebutan sebagai ”Koruptor”.

Allah berfirman dalam Al Qur’an di surat Al Israa’ ayat 15 menyatakan : “Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain”. 

 

 

Aku Anak Tukang Sapu


Dulu aku tidak tahu
Aku ini berada dimana
Aku sama sekali tidak ingat
Aku sama sekali tidak tahu
Aku ini siapa ?

Aku sama sekali tidak tahu
Siapa yang akan menjadi bapaku
Dan akupun sama sekali tidak tahu
Siapa yang akan menjadi ibuku
Semua serba tidak aku tahu
Semua serba rahasia

Apakah bapakku seorang jenderal
Seorang pejabat
Seorang pengusaha
Seorang pegawai negeri sipil
Seorang petani  miskin
Ataukah sampah masyarakat
Aku juga tidak tahu

Apakah ibuku seorang anak direktur
Seorang anak pamong desa
Seorang guru
Seorang tukang cuci piring
Ataukah seorang prostitusi
Akupun juga tidak tahu

Kini aku ada
Aku terlahir dari orang tua yang keduanya  orang desa
Berpendidikan rendah dan tidak mempunyai harta
Hijrah ke Jakarta karena ingin merubah hidup
Waktu muda bapakku hanyalah sebagai tukang penjual es dorong
Ibuku hanyalah penjual gado-gado
Kehidupannya miskin dan selalu kekurangan
Sehingga akupun tidak pernah bahagia seperti kawan-kawanku
Yang papanya kaya dan memiliki harta
Memiliki kendaraan sekalipun beroda dua

Saat itu rumahku dipinggir kali di banjir kanan
Dibelakang rumah ada kali dan didepan rumah jalanan kereta api
Dan kalau hujan besar selalu banjir sampai selutut
Bila kereta api lewat suaranya bergemuruh
Aku hidup dengan teman-teman anaknya tukang beca
Anaknya tukang pikul air, anaknya tukang gerobak dorong
Anaknya tukang loak, anaknya tukang jahit atau anaknya tukang tambal ban
Bahkan aku juga punya teman anaknya seorang penjudi, pemabok, pencoleng, dan pemulung
Aku tidak merasa malu hidup bersama mereka
Karena akupun anak seorang tukang sapu

Aku mengaji dirumah seorang guru
Mushala hanya satu-satunya diujung jembatan
Aku sungguh benci dengan lingkungan hidup yang miskin
Kalau pagi semua orang sudah keluar rumah
Mencari rejeki sesuai dengan profesinya
Kehidupan itu keras karena saling berlomba
 
Aku merasa tidak pernah bisa bahagia
Seperti halnya teman-temanku yang lain
Kalau sekolah aku tidak punya tas atau sepatu
Bukuku hanya aku lipat dan kutaruh dalam kantong celanaku

Sekolah Tk-ku di TK Melati beralamat di jalan VIY gang lima
Sekolah sd-ku-pun hanya sampai kelas 2 di SD Pulo Piun
Yang jaraknya tidak seberapa jauh dari Rumah Sakit Tarakan
 
Aku bersyukur walaupun bapaku hanya sebagai pegawai kecil di Deplu
Sebagai pengantar surat dan pembersih ruangan
bapaku mendapat rumah dinas di kompleks Deplu di Cipete Udik
Disini aku bisa melanjutkan sekolah sampai selesai di SD Pela
Laku bapakupun menyekolahkan aku di SMP Cenderawasih
Setelah lulus aku kandas tidak bisa meneruskan ke SMA
atau kesekolah lain sesuai cita-citaku 
Aku mandek disini dan tidak meneruskan sekolah
karena adik-adiku yang lain juga memerlukan pendidikan

Aku menjadi pengangguran dan bukan anak sekolahan
Aku menjadi korban kemiskinan, ketiadaan harta, dan uang
Aku harus menjadi kuli bangunan untuk membantu orang tuaku
Walaupun aku malu aku harus menerima kenyataan
Aku hanyalah anak orang miskin dan tak mungkin aku mendapat pendidikan Seperti teman-temanku yang lain yang orang tuanya mampu, kaya dan berharta
xxxxxxx

Ditempat yang baru aku merasa ada perubahan hidup
Bapak ibuku menempati rumah dinas dari Deplu
Aku merasa hidupku lebih baik dari sebelumnya
Walau sekolahkupun hanya beralaskan sandal jepit
Masa mudakupun tak pernah bahagia
Aku terbatas pada keadaanku karena bapakku hanya pegawai kecil
Ibuku berjualan gado-gado dan rujak
Sementara aku menjadi tukang bangunan
Ngaduk semen dan pasir
Aku tidak merasa malu dengan teman-temanku
Walau aku berstatus tukang ngaduk semen
Aku masih punya cita-cita untuk melanjutkan sekolah
Walaupun aku harus bersusah-susah
Dan akhirnya akupun lulus setingkat SMA
Dengan kelas KPAA
Inilah awal perjalanan karirku

 

 

 

 

Do’a Pengharapan di Tahun 2014


Hari esok sesuai penanggalan masehi kita akan bersama-sama meninggalkan tahun 2013, dan kita, insya Allah akan memulainya dengan tahun yang baru terhitung 1 Januari 2014.

Mulai esok lusa, kita akan bersama-sama menjalani hari-hari panjang untuk waktu selama 365 hari ke depan dengan do’a dan pengharapan yang lebih baik dari sekarang. Semoga Allah SWT masih memberi kita umur panjang, memberi kita kesempatan untuk tetap hidup didunia bersama istri/suami, anak-anak, cucu-cucu, teman-teman, sahabat dan handai tolan, bersama pacar atau tunangan, bersama orang-orang yang dikasihi, bersama rival dan saingan bisnis, serta bersama orang-orang yang tak sepaham yang tak pernah mendukung dan/atau tak sejalan dengan keinginan kita.

Semoga di tahun baru yang akan datang ini, kita semua senantiasa diberi kesehatan, diberi rezeki yang berlimpah ruah, diberi kemudahan dalam segala urusan, dan diberi kesuksesan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diemban.

Bagi mereka yang saat ini hidup dalam kekurangan, kesusahan dan selalu mengalami kesulitan keuangan, semoga di tahun 2014 Allah melapangkan rejekinya, sehingga mereka dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dalam menggapai kebahagiaan. Karena dengan kebahagiaan inilah orang dapat hidup nyaman, damai, sentosa, dan sejahtera dengan tidak ada rasa susah, cemas, dan galau.

Bagi mereka yang saat ini menderita sakit jantung, stroke, diabetes, ginjal, usam urat, kolesterol, tekanan darah tinggi, wasir, ambeian, vertigo, batu empedu, flu, mual-mual, sakit perut, perut kembung, atau sedang menghadapi sakaratul maut, baik dirumah ataupun dalam perawatan dirumah sakit, semoga di tahun 2014 ini Allah cabut penyakitnya, Allah sembuhkan dan sehatkan seperti semula, sehingga mereka dapat berkumpul lagi dengan keluarga, dengan sanak familinya, dengan teman2 dan para sahabatnya.

Bagi mereka yang saat ini sedang dalam belajar, sedang dalam tugas belajar, sedang menyelesaikan tugas akhir semester, atau sedang menghadapi ujian, semoga di tahun 2014 ini Allah memberikan jalan kemudahan, sehingga mereka dapat lulus dalam menempuh ujiannya atau presentasinya dengan nilai yang cemerlang, sehingga ia kelak dapat segera mencari penghidupan buat dirinya dan keluarganya.

Bagi mereka yang saat ini belum memperoleh pekerjaan dan/atau masih mencari pekerjaan, semoga di tahun 2014 ini Allah memberikan kemudahan untuk segera mendapatkan pekerjaan, sehingga mereka memperoleh penghasilan buat menghidupi dirinya, istri, anak-anak dan keluarganya, serta dapat menata kehidupannya di masa depan.

Bagi mereka yang masih jomblo dan jablai, belum menikah dan belum mempunyai jodoh, semoga di tahun 2014 Allah memberikan kemudahan untuk mendapatkan jodohnya, pasangannya atau pilihannya, sehingga mereka dapat membentuk rumah tangga impiannya yang sakinah, mawadah, warahmah sebagaimana yang ia cita-citakan bersama.

Bagi mereka yang belum mempunyai momongan, belum mempunyai anak keturunan, semoga di tahun 2014 ini Allah memberi momongan sebagai pengikat tali jalinan kasih sayang dan kebahagiaan yang didambakan bersama.

Bagi mereka yang saat ini sudah berkeluarga tapi masih tinggal dengan orang tua atau dirumah orang tua, atau masih menumpang dirumah saudara, atau dirumah tetangga, atau masih mengontrak, semoga di tahun 2014 ini Allah memberinya kelapangan rejeki yang banyak dan melimpah, sehingga mereka ber-uang dan dapat membeli rumah untuk tempat tinggal bersama keluarganya.

Bagi mereka yang saat ini rumahnya terkena banjir atau selalu kebanjiran, yang rumahnya terbakar, yang rumahnya terkena bencana tanah longsor, yang rumahnya terkena angin puting beliung, yang rumahnya rusak tertabrak mobil metromini-bus-truk atau tronton, sehingga mereka harus tidur ditenda-tenda pengungsian, di balai-balai desa, di masjid atau disekolah-sekolah, semogalah Allah memberi kesabaran dan ketabahan hati dalam menghadapi musibah yang tidak pernah diimpikan dan terbayangkan sebelumnya.

Bagi mereka yang saat ini masih berhutang atau masih mempunyai hutang baik dibank, diteman/sahabat, ditetangga, disaudara, atau direnenir/peminjam uang, semoga di tahun 2014 ini Allah memberikan kelancaran rejeki untuk membayar hutang-hutangnya, sehingga ia terbebaskan dari himpitan hutang dan tagihan, dan/atau tidak selalu didatangi oleh para debt colector suruhan bank atau rentenir yang menjadikan hidup ini tidak tenang, tidak nyaman, tidak leluasa, dan serasa di neraka.

Bagi mereka yang belum memiliki kendaraan seperti mobil roda empat, sepeda motor, sepeda othel atau beca, semoga di tahun 2014 ini Allah memberi keleluasaan rejeki untuk dapat membeli kendaraan tersebut, sehingga apabila sakit dapat pergi kerumah sakit, apabila mau shalat ke masjid dapat pergi berkendaraan ke masjid, apabila mau berkunjung kerumah orang tua-keluarga-family atau kondangan tidak usah repot-repot mencari taksi atau menyewa ojeg.

Bagi mereka yang saat ini telah bekerja, apakah sebagai pnsp/pnsd, abri/polisi, guru, dosen, pegawai bank, bumn/bumd, satpam, kuli panggul, atau kuli bangunan yang selalu menggunakan jasa angkutan umum, kereta api, mobil bus, metromini, angkutan kota, bajaj, atau ojeg, semoga Allah senantiasa memberi keselamatan didalam perjalanannya baik dalam waktu berangkat kerja atau waktu pulang kerumahnya masing-masing.

Bagi mereka yang belum memiliki alat komunikasi seperti faksimil, telpon, hp, tablet, laptop atau pc sebagai penyambung informasi, komunikasi, dan silaturakhmi, semoga di tahun 2014 ini Allah memberi keleluasaan rejeki untuk dapat membeli alat-alat tersebut, sehingga mereka dapat mengakses arus informasi global dari internet, berkomunikasi, serta terpeliharanya jalinan silaturakhmi diantara sesama teman, sahabat dan keluarga.

Bagi mereka yang saat ini bekerja sebagai pelayan masyarakat/ public service di kantor gubernur, di kantor walikota, di kantor bupati, di kantor kecamatan, di kantor kelurahan, di rumah sakit, di bank, di KUA, di kantor pajak, dikantor pos, di kantor-kantor pelayanan imigrasi dan paspor, di pos-pos penjagaan, di bagian informasi dan humas, dan sebagainya, semoga Allah senantiasa memberi mereka hidayah agar mereka senantiasa bekerja dengan ikhlas, jujur, penuh dedikasi, mempunyai integritas, memiliki komitmen dalam tugasnya, tidak pongah atau arogansi, dan tidak melakukan korupsi atau pungli.

Bagi mereka yang saat ini bekerja sebagai guru, pendidik, pengajar, dosen, ustadz/ustadzah, penceramah, atau da’I, semoga Allah senantiasa memberi mereka hidayah agar mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, ikhlas, jujur, tidak menjual ayat-ayat Allah, dan tidak mengkomersialisasikan ilmunya. Pekerjaan mereka yang sangat mulia dan terhormat ini kiranya dapat memberikan perubahan berpikir bagi anak-anak didiknya untuk membangun negara dan bangsa ini yang saat ini, bangsa ini sedang dilanda erosi moral, erosi kejujuran, erosi akhlaq, erosi budi pekerti, erosi tata krama, erosi kepercayaan, dan erosi etika.

Bagi mereka yang saat ini bekerja sebagai penegak hukum seperti hakim, jaksa, polisi, aparatur bepeka, aparatur bepekape, itjen di lembaga/ instansi pemerintah, itwilprop, itwilda, aparatur imigrasi, aparatur beacukai, dan pengayom hukum, semoga Allah senantiasa memberi mereka hidayah agar mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, ikhlas, jujur, mempunyai komitmen yang tinggi, berdedikasi tinggi, penuh tanggungjawab, tidak menjual kewenangannya, tidak mudah disuap, dan menjunjung NKRI dalam memerangi oknum-oknum yang melakukan penyimpangan keuangan negara atau yang suka menggorogoti keuangan negara, sehingga negara ini tidak mampu membangun ekonomi karena ada oknum-oknum yang duduk dalam jajaran birokrasi yang sangat merugikan Negara.

Bagi mereka yang saat ini belum memperoleh kesempatan untuk menduduki jabatan struktural (eselon V, IV, III, II, atau I), jabatan fungsional (hakim, dosen, guru, widyawara, atau peneliti), atau jabatan negara di lembaga legislatif (dpr, dprd, atau dpd), atau di lembaga eksekutif (presiden/wakil presiden, menteri, gubernur dan lainnya), semoga di tahun 2014 ini Allah memberi kesempatan kepada/untuk mereka meraih jabatan-jabatan itu sesuai persyaratan dan kriterianya. Mereka memperoleh kedudukan atau jabatan tidak dilakukan dengan cara-cara yang curang dengan membeli suara dan dukungan, serta melakukan penyuapan dan pemberian upeti kepada pejabat yang berwenang.

Bagi mereka yang saat ini telah duduk dalam jabatan-jabatan strategis, pemegang otoritas keuangan, pejabat komitmen, bendaharawan proyek/pemegang uang negara, kepala proyek dan lainnya yang dengan keputusannya dapat mencairkan anggaran keuangan negara, semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka dalam menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan kepadanya, mereka tidak khilaf dan silaf untuk merekayasa atau menggerogoti keuangan negara, atau menjadi maling/pencuri/ korupsi, sehingga mereka akhirnya disebut sebagai KORUPTOR. Padahal sebelum mereka menjabat jabatan tersebut mereka telah bersumpah atau berjanji dengan saksi kitab suci agamanya masing-masing yang ditaruh diatas kepalanya, namun setelah posisi itu dijabat mereka terbuai dan tergiur dengan anggaran keuangan negara yang dipercayakan kepadanya.

Bagi mereka para pejabat yang saat ini duduk dijajaran pemegang otoritas keputusan, atau pemangku jabatan yang strategis, atau yang keputusannya dapat mencairkan keuangan negara, semogalah Allah memberikan hidayahnya kepada mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya secara jujur yang diamanahkan kepadanya, sehingga mereka tidak melakukan tindakan pidana korupsi yang akhirnya membawa mereka ke RUTAN atau penjara.

Bagi mereka yang saat ini duduk sebagai takmir masjid, sebagai DKM masjid atau mushala, atau yang sejenisnya, semogalah Allah memberikan hidayah kepada mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya secara jujur yang diamanahkan jamaah kepadanya, sehingga mereka tidak melakukan tindakan pidana korupsi dengan alasan untuk pembelian perlengkapan masjid, untuk perbaikan-perbaikan atas kerusakan masjid, membayar marbot, dan membayar listrik yang digunakan masjid untuk penerangan dan kegiatan-kegiatan masjid lainnya. Sementara uang dari kotak amal dan sumbangan yang diterima secara langsung oleh pengurus dari jamaah penyumbang tidak pernah dipertanggungjawabkan secara tertulis.

Bagi mereka yang saat ini terkena musibah kematian karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan tabrakan kereta api, kecelakaan pesawat terbang atau kapal laut, korban kebakaran, tertembak peluru nyasar, terbunuh karena mempertahankan hak dan hartanya dari perampok, terkena bencana tanah longsor atau reruntuhan gedung, terjatuh/tergelincir dari pekerjaan memasang atap-jendela-mengapur dinding di lantai yang tinggi dan sebagainya, semoga Allah mengampuni dosa-dosa almarhum/ almarhumah, menerima amal ibadahnya, dan kepada keluarga yang terkena musibah tersebut diberi kesabaran dan ketabahan iman.

Bagi mereka yang saat ini duduk sebagai pembina, sebagai orang yang dihormati masyarakat, atau sebagai tokoh panutan masyarakat di yayasan atau di organisasi sosial, namun dalam tutur katanya, perilaku dan tatakramanya, serta sikap dan sepak terjangnya, apalagi dalam hal pengambilan keputusan untuk kegiatan dan kemajuan organisasi, ternyata sangat merugikan perkembangan organisasi, semoga Allah memberi hidayah dan mengampuni dosa-dosa yang diperbuat mereka dalam menjalankan amanah yang dipercayakan kepadanya.

Semoga di tahun 2014 nanti kehidupan kita dapat lebih baik lagi dari keadaan yang sekarang, yang hidupnya susah dan miskin dapat menjadi kaya, yang belum bekerja dapat pekerjaanya, yang belum punya rumah bisa membeli rumah, yang jomblo sudah punya pasangannya, yang punya hutang dapat melunasi hutang-hutangnya, yang ingin jabatan tergapai impiannya, yang suka memberi ceramah atau pencerahan dapat membangkitkan semangat bekerja dan meningkatkan ketaqwaan serta keimanan jamaahnya, yang sakit menjadi sehat kembali, yang menjadi pengayom masyarakat dapat menjadi pelindung masyarakat, dan dalam pergaulan masyarakat tidak ada lagi perkelahian atau tawuran antar kelompok masyarakat. Sehingga suasana kehidupan masyarakat rukun, damai, nyaman, sejahtera dan toleransi. Jumlah orang-orang yang menjadi maling, menjadi pencuri, atau menjadi KORUPTOR semakin berkurang karena tegaknya kewibawaan hukum, semakin banyaknya masyarakat yang anti korupsi mempunyai harapan dan bersandar kepada KPK, sehingga Indonesia menjadi negara yang adil, sejahtera, dan aman (Indonesia ASA) sebagaimana yang kita cita-citakan bersama.

Kampung Jurang Mangu Timur, 30 Desember 2013

 

Kurang Mensyukuri Nikmat Allah

Pada saat kita terlahir ke dunia, sungguh kita dalam keadaan telanjang dan tidak memiliki apa-apa. Kita hidup sangat tergantung atas kasih sayang yang diberikan orang tua, dan perhatian orang-orang sekitar yang dekat dengan kita. Mereka do’akan kita semoga kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, dan menjadi anak yang saleh/salehah yang berbakti kepada orang tua.

Setelah kita mulai besar, tumbuh dan berkembang, bersekolah sampai kita kuliah lingkungan kita ikut menjaga, memperhatikan, dan membesarkan kita hingga kita menjadi tumbuh dewasa. Setelah itu kita mulai bekerja dan akhirnya mempunyai keluarga. Seiring dengan perjalanan waktu, kita mulai mengenal diri kita, teman-teman, dan lingkungan hidup kita. Kita berada dalam dunia anak-anak, remaja, dan dewasa. Orang tua kita menyekolahkan kita agar menjadi anak yang pintar dan cerdas mulai PAUD sampai mencapai gelar sarjana. Pada hari-hari tertentu orang tua membawa kita ke pengajian di surau atau masjid agar kita menjadi anak yang baik dan mengenal agama yang kita anut. Kita diberi pelajaran mengenai shalat, puasa, kejujuran, keadilan, keikhlasan, bertanggungjawab, etika, moral, budi pekerti, disiplin dan berbagai jalan menuju kebaikan, serta diajarkan pula agar jangan melakukan kebohongan, kecurangan, dan apalagi sampai mengambil hak orang lain.

Setelah kita mulai bekerja dan mengenal hidup dalam lingkungan kerja, mulailah muncul berbagai keinginan yang lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Kita mulai mengenal yang namanya prestasi, dedikasi, kedudukan, mencari pasangan hidup (wanita/suami) untuk berkeluarga, dan harta kekayaan yang kemudian menjadi obsesi setiap orang.

Dalam mencapai obsesi itu, terkadang kita lupa diri untuk mencapainya. Bahkan dengan berbagai cara termasuk cara-cara yang tidak terpuji dan yang diharamkan menurut syar’i.

Perbuatan curang dan tidak terpuji itu kita lakukan karena ingin mengugguli teman-teman lain yang menjadi saingan kita. Dalam hal persaingan itu kita sudah berani melanggar sumpah dan janji pada diri sendiri. Padahal sewaktu kita diberi kepercayaan pimpinan untuk menduduki suatu jabatan kita bersumpah dengan mengangkat qur’an dan dengan menyebut asma Allah, tapi kita terlena dalam korupsi menggerogoti keuangan Negara untuk memperkaya diri dengan cara melanggar hukum.

Apabila perbuatan kita itu diketahui KPK akhirnya kita terpojok digiring ke RUTAN sebagai tersangka atau terdakwa KORUPSI. Tinggal di RUTAN yang kamarnya sempit bukanlah takdir, tetapi itu adalah pilihan kita sendiri. Kita telah memilih jalan hidup kita yang berserangan dengan hukum sehingga wajar-wajar saja bila akhirnya KPK menjebloskan diri kita ke RUTAN yang didalamnya adalah orang-orang yang berani melanggar sumpah dan janji.

Kita orang-orang yang masih sadar, barangkali harus kasihan kepada mereka yang kini tinggal di RUTAN-RUTAN yang dijaga polisi dan sipir penjara. Makannya saja di dibatasi, ruang geraknya diawasi, dan pergerakan sehari-harinya diamati padahal diluar sana rumah besar mewah dan lux yang dibangunnya itu jauh lebih nyaman dibandingkan RUTAN yang menjadi impiannya.

Kalau kita menengok kebelakang dalam arti sadar, bahwa apa yang telah diperbuat ini hanyalah semata-mata ingin mengumbar nafsu, ingin menguasai dunia, ingin kaya dengan harta yang berlimpah ruah, ingin dihormati, ingin disanjung, ingin wah, ingin diakui keberadaanya, dan ingin dikelilingi oleh wanita-wanita cantik yang bukan muhrimnya. Inilah salah satu ciri dari orang-orang yang tidak menyukuri nikmat atas apa yang telah Allah SWT diberikan.

 

Ternyata Aku Sombong

Aku selalu tersanjung bila orang memujiku. Aku selalu bangga kalau aku dinyatakan orang yang selalu berhasil dalam menunaikan tugas. Aku selalu berceritera kepada teman-teman dan sahabatku mengenai keberhasilanku dalam tugas yang kuemban. Aku selalu berceritera kepada orang-orang yang baru aku kenal, agar mereka tahu kalau aku adalah orang yang selalu berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan pimpinan kepadaku. Aku selalu berceritera dengan rasa bangga kalau aku dipercaya oleh pimpinanku. Apalagi orang-orang yang kuceriterakan itu, bukanlah orang-orang yang ada di dalam organisasiku, sehingga aku terkadang terlampau berlebihan dalam menilai kemampuan diriku. Aku selalu bilang, bahwa aku bisa. Dengan modal aku bisa, aku sanggup, dan aku siap melaksanakan perintah, maka pimpinan lebih percaya kepadaku, ketibang kepada teman-temanku. Perhatian pimpinan kepadaku membuat iri semua teman-temanku yang ada dalam organisasiku itu.

 Aku akan lebih tersanjung kalau pujian itu dinyatakan oleh pimpinananku didalam forum resmi dimana yang hadir adalah rival-rivalku atau sainganku. Karena mereka selalu meng-under estamite-kan akan kemampuanku, apalagi mereka tahu kalau aku hanyalah seorang Staf yang tidak memakai gelar. Aku akan lebih tersanjung lagi, apabila pernyataan pimpinanku itu diketahui juga oleh pejabat yang lebih tinggi seperti direktur, sekretaris direktorat jenderal, kepala biro, inspektur, direktur jenderal, kepala badan dan lainnya. Sungguh aku bangga sekali, dan sepertinya akulah orang yang paling berhasil dalam menjalankan visi dan misinya pimpinan, sehingga program kerja tahunan unit organisasi dapat dilaksanakan.

Pimpinanku begitu percaya sekali atas kemampuan yang aku miliki, karena aku memang menguasai teori-teori management seperti planning, organizing, actuating, motivating,  budgeting, akunting, controlling, coordinating, reporting, evaluating dan lainnya, karena aku sering membaca tulisan-tulisannya Henry Fayol, Taylor, Peter Drucker, Robert Kiyosaki,  Geraldine Bown, Sondang P Siagian, Rhenald Kasali, Irham Fahmi, Raymond Mc.Leod, George P. Schell, Sukanto Reksohadiprodjo, Fachmi Basyaib, Stephen P. Robbins, T. Hani Handoko, Heidjachman, Suad Husnan,  Sadili Samsudin, Fred R. David,  Tjutju Yuniarsih,  H. Malayu S.P. Hasibuan, Stephen Covey  dan lainnya.  Bahkan, waktu aku kuliah dulu, aku memperoleh nilai A plus dalam mata kuliah Management Strategy. Aku juga menguasai segudang peraturan perundang-undangan, aku punya banyak relasi diunit-unit organisasi dan instansi lainnya, karena aku juga menguasai masalah kehumasan, dan public relation strategy. Sehingga aku dalam menyelesaikan sesuatu masalah, cukup aku berkoordinasi dengan instansi lain dengan mengangkat telpon.

 Pimpinanku tahu karena aku punya relasi banyak yang tahu akan aku. Aku selalu memenuhi tugas sesuai kehendak pimpinan.

Aku sengaja memanjakan pimpinan dengan keahlianku. Aku menyiapkan makalah, laporan, dan usulan proposal dengan segala rincian kegiatannya, mulai dari abstrak, eksekutif summary, visi, misi, tujuan, program, kegiatan, dukungan organisasi, peraturan perundangan yang mendukung, rancangan anggaran, strategi pencapaian, sasaran, sampai pada kesimpulan. Setiap proposal yang aku susun dan aku ajukan kepada pimpinan dipastikan pimpinanku selalu setuju, namun dari persetujuan itu ada juga teman-temanku yang menangani masalah anggaran nampak tidak bersetuju karena berdampaknya pada pengeluaran anggaran organisasi yang cukup besar.

Saat aku dipuji atas keberhasilanku dalam tugas, aku merasa bahwa pekerjaan itu adalah hasil pekerjaanku, prestasiku semata. Aku merasa bahwa aku menguasai segala hal. Terkadang aku lupa diri, karena posisiku dekat dengan pimpinan. Aku selalu membatin dalam hatiku, ini adalah kepercayaan pimpinan, ini adalah prestasiku, maka wajar-wajar sajalah kalau aku akhirnya naik pangkat, naik jabatan dan naik posisi, dan bahkan aku ditugaskan pimpinan ke luar negeri. 

Sungguh aku merasa bangga dengan penugasanku ke luar negeri, karena hanya akulah satu-satunya orang di lingkunganku tempat tinggalku yang berangkat keluar negeri dengan paspor hitam. Karena ditempat tinggalku kebanyakan adalah pegawai staf golongan I dan II saja. Aku bangga mempunyai gelar dan aku punya predikat sebagai pejabat dinas luar negeri. Dengan penugasanku ke luar negeri, aku bisa melihat Negara-negara lain. Oleh pimpinan perwakilan aku juga ditugaskan untuk mengikuti berbagai rapat, pertemuan dan seminar. Aku merasa menjadi orang penting, sehingga aku menjadi bagian dari lingkungan orang-orang penting yang ada dalam organisasiku. Inilah hasil pekerjaanku. Aku bisa, dan aku merasa berhasil dalam tugasku. Aku tahu bahwa ada teman-temanku yang iri dan dengki atas prestasi dan keberhasilan yang aku raih.

Kepercayaan, pujian dan sanjungan sering diucapkan oleh pimpinananku. Sementara teman-temanku yang iri dan dengki itu sering membuat keanehan, memprovokasi teman yang lain dan bahkan memfitnahku, karena aku dekat sekali dengan pimpinan.

Kalau aku melihat keatas, melihat teman-temanku yang telah berhasil mendahului aku, ternyata aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan mereka. Posisiku hanyalah seorang Staf, mereka adalah orang-orang yang hebat, brilian, genius, cerdas  dan pintar. Wajarlah kalau posisi atau kedudukan mereka itu jauh lebih baik dari aku. Aku tidak mungkin dapat melampaui mereka.

Kalau aku melihat kesamping, aku punya banyak teman yang selevel dengan posisiku. Mereka adalah mitra kerjaku yang tidak perlu menjadi saingan atau rival buatku.  Walaupun terkadang diantara mereka ada yang merasa tersaingi oleh karirku. Mereka adalah bagian dari perjalanan karirku.

Tetapi, kalau aku melihat kebawah, maka posisiku cukup tinggi, dan aku bangga dengan posisiku ini, berarti aku dapat melintasi teman-temanku yang menjadi saingan atau rivalku. Aku merasa bahwa aku adalah orang yang berhasil didalam posisiku, dan aku adalah orang yang dibenci oleh teman-temanku karena posisiku melintasi posisi mereka. Mereka memang tidak senang dengan keberhasilanku karena memang tidak bisa bersaing dengan kemampuanku yang menguasai banyak hal.

Setelah aku pensiun, aku menyadari bahwa betapa sombongnya aku pada masa itu. Aku merasa punya pendidikan karir yang  merupakan dambaan dan kebanggaan sebagai PNS DEPLU. Pada masa aktif atas kepercayaan pimpinan, aku ditugaskan ke perwakilan luar negeri, dan aku bisa melihat kota-kota negara lain yang tidak pernah aku lihat di dalam negeri. Sementara aku didalam negeri khususnya di unit Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler aku diberi kepercayaan pimpinan untuk menyelenggarakan program sosialisasi mengenai tugas pokok Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler ke daerah-daerah dan propinsi sehingga setiap ada kegiatan sosialisasi dipastikan aku ikut dan berada didalamnya. Inilah yang menambah wawasanku untuk melihat-lihat daerah di propinsi-propinsi di Indonesia.

Aku bersyukur dapat melihat luar negeri karena penugasanku dan aku juga bersyukur dapat melihat-lihat daerah di beberapa propinsi di Indonesia karena penugasan dan kepercayaan pimpinan kepadaku.

Selama aku berdinas, sungguh aku jarang sekali membaca Al Qur’an, membaca buku-buku agama, apalagi pergi ke masjid untuk shalat berjamaah, kecuali pada hari-hari tertentu waktu shalat Jum’at dan waktu bulan ramadhan. Aku jarang menghadiri majlis ilmu, pengajian atau bedah buku. Waktuku habis untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rutin dan pekerjaan yang mendadak atas perintah pimpinan. Kecuali selama beberapa penugasan di luar negeri memang aku aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dalam membangun komunitas Islam Indonesia di luar negeri.

Kalau hari-hari libur tiba, waktuku banyak kugunakan untuk kesenangan duniawi, aku pergi ke kafe bersantai ria, ke plaza atau mall, atau ke tempat-tempat hiburan, nonton, main golf atau main bowling.  Kadang-kadang aku pergi ke museum, ke pameran-pameran atau ke pantai menikmati pemandangan alam dan deburan ombak. Baru sekarang aku merasa, betapa bodohnya aku, aku telah mensia-siakan waktuku yang cukup banyak. Mestinya ada keseimbangan waktu untuk mengejar kehidupan dunia, dan harus seiring dengan mengejar persiapan untuk kehidupan akherat, karena disanalah kita kelak akan tinggal selamanya.

Kini aku mulai belajar agama kembali setelah lama tertinggal dengan teman-teman karena mengejar karir. Aku merasa bodoh sekali dalam hal agama sehingga aku merasa harus berpacu dengan waktu. Sekarang umur sudah 60 tahun dan aku belum banyak menghafal qur’an dan hadist, terutama ayat-ayat yang penting yang harus dihapal oleh setiap orang muslim. Aku tidak merasa malu untuk belajar bersama teman-teman yang masih mau belajar memperdalam pelajaran agama Islam. Aku mulai menghadiri lagi pengajian-pengajian di masjid Al Azhar, masjid Manaral Amal Mercu Bhuana, mushalla Al Baraqah, dan di beberapa masjid yang dekat dengan tempat tinggal.

Dalam aku belajar mengaji aku juga mengaktifkan diriku pada organisasi-organisasi sosial kemasjidan di dewan masjid Indonesia wilayah pondok arena tau di forum silaturakhmi antar masjid-masjid dan mushala-mushala kompleks Deplu dan sekitarnya. Dengan cara ini aku mempunyai banyak teman sesama orang-orang pensiunan dari berbagai lapisan dan kedudukan. Aku bersyukur dapat diterima dikalangan mereka dan aku menjadi bagian dari mereka. Namun setelah beberapa tahun aku bergaul dengan teman-teman pensiunan ternyata ada juga diantara teman-teman pensiunan yang kurang senang terhadap kiprahku. Tapi aku menyadari bahwa itulah kehidupan di masyarakat majemuk, ada yang suka dan ada juga yang tidak suka. Namun dengan kemampuan yang aku miliki aku dapat diterima dalam pergaulan ini untuk membawa kemajuan bagi semua pihak, khususnya dalam obsesiku mewujudkan masyarakat madani yang islami. Inilah obsesiku bersama teman-teman pensiunan lainnya pak Amirudin Noor, pak Imam Nurjanto, pak Radjudin, pak Hisyam, pak Suhadi Salam, dan pak Suparlan.  Semoga saja masyarakat madani yang islami yang terbentang Antara Auto 2000, Kreo, PJMI dan Mitra 10 dapat terwujud.

 

Bersedekah Untuk Diri Sendiri

Banyak jalan menuju surga. Bahkan Rasulullah SAW mengingatkan kita agar kita berlomba-lomba untuk menggapai surga dengan amalan dan kebaikan. Begitu banyaknya jalan menuju surga sehingga hampir semua kegiatan yang baik akan melancarkan jalan ke Surga. Ada sebuah hadist yang menyebutkan bahwa tiga amalan pokok yang pahala amalannya itu tetap diberikan kepada kita (atau kepada pelakunya), meski pelakunya telah meninggal dunia atau dikuburkan sampai datangnya hari kiamat.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda “jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu SEDEKAH JARIAH, ILMU YANG BERMANFAAT, atau Doa anak yang shaleh”.

Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah SAW menambahkan tiga amalan yang termasuk ke dalam amalan yang pahalanya tidak akan berhenti sekalipun orang yang melakukannya jasadnya telah dikuburkan. Rasulullah SAW bersabda “SESUNGGUHNYA, AMAL DAN KEBAIKAN YANG TERUS MENERUS MENGIRINGI SESEORANG KETIKA MENINGGAL DUNIA adalah ilmu yang bermanfaat, anak yang dididik agar menjadi orang yang shaleh, mewakafkan Al Qur’an, membangun masjid, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah”.

Bersedekah tidak harus besar. Bersedekah dengan meng-infaq-kan sejumlah harta kekayaan dengan maksud riya agar dilihat orang akan tidak mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT, bahkan tidak berarti apa-apa atau sia-sia. Akan tetapi, BERINFAQ UNTUK MEMBELANJAKAN SESUATU UNTUK KEBAIKAN BANYAK ORANG TETAPI DILAKUKAN DENGAN IKHLAS, INSYA ALLAH AMALAN KEBAIKAN ITU PAHALANYA AKAN MENGALIR KEPADA YANG BERSANGKUTAN SEKALIPUN  JASADNYA TELAH DIKUBURKAN (lihat QS Al Baqarah ayat 261).

BEBERAPA AMALAN KEBAIKAN YANG DILAKUKAN SESEORANG SEBELUM YANG BERSANGKUTAN MENINGGAL DUNIA DAN INSYA ALLAH YANG GANJARAN PAHALANYA AKAN TERUS MENGALIR KEPADA KITA SEKALIPUN KITA TELAH MENINGGAL DUNIA IALAH :

1.       menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dengan cara mengajarkannya, dan MENULIS TULISAN YANG BERMANFAAT BAGI MANUSIA.
2.       mempunyai anak shaleh yang dapat mendo’akan orang tuanya.
3.       SEDEKAH JARIAH ATAU MEWAKAFKAN HARTA UNTUK AMAL-AMAL KEBAIKAN seperti pembangunan madrasah/sekolah agama Islam, pembangunan rumah penampungan anak-anak yatim piatu, pembangunan jalan-jalan, pembangunan rumah sakit, dan yayasan yang bergerak dibidang pendidikan umat dan kemaslahatan umum.
4.       menanam pohon kurma atau pohon-pohon lainnya yang buahnya dapat dimanfaatkan atau dinikmati oleh orang atau binatang.
5.       MEWAKAFKAN BUKU-BUKU, kitab atau al qur’an.
6.       Jihad fi sabilillah, berjuang dan membela tanah air.
7.       membuat sumur untuk kebutuhan kaum muslimin.
8.       membuat saluran irigasi untuk persawahan.
9.       membangun tempat penginapan bagi para musafir.
10.    membangun tempat ibadah dan belajar.

Dari sebanyak sepuluh amalan kebaikan diatas, AMALAN MANAKAH YANG SUDAH KITA KERJAKAN? Kalau belum, mumpung kita masih diberi rejeki dan diberi kesempatan, bolehlah kita mengerjakan salah satu diantaranya untuk kebaikan diri kita sendiri, untuk isteri kita, anak kita maupun untuk keluarga kita.

Kita dianjurkan untuk berbuat kebaikan diantara lingkungan kita tinggal, jangan sampai kita terlena tidur sementara tetangga kita masih belum bisa tidur karena kelaparan atau tidak makan.

Seorang yang telah meninggal dunia, maka terhentilah amal perbuatannya dan terputuslah aliran pahala untuknya, kecuali amal-amal yang diusahakannya sendiri selama hidupnya di dunia. Oleh karena itu, kita diminta untuk selalu bersedekah untuk diri kita sendiri dengan melakukan shalat dhuha, shalat tahajud, bersilaturakhmi, berbuat baik kepada banyak orang dengan amalan dan kebaikan.

Janganlah kita setelah mati mengharap kiriman do’a dan pahala dari orang-orang lain, sementara kita sewaktu kita masih hidup, tidak pernah melakukan apa-apa, tidak pernah shalat, tidak pernah membantu orang-orang miskin yang hidupnya susah dan kelaparan, tidak pernah ikut berpartisipasi dalam membangun pendidikan bagi anak-anak yatim dan dhuafa, tidak pernah ikut membangun rumah ibadah, tidak pernah berbuat amal kebaikan untuk penyebaran dakwah. Tetapi saat kematian keluarganya mengajak orang-orang banyak dilingkungannya untuk tahlilan dan yasinan, yaitu dengan memperingati hari-hari tertentu dari kematian seseorang dengan anggapan bahwa itu dapat membantu perjalanan roh orang yang meninggal menuju akhirat. Padahal hal ini sama sekali tidak pernah dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka perbuatan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).  

Hadits ini menunjukkan bahwa mengirim pahala, bacaan al-Qur’an, shalat dan amal-amal lainnya, tidak diperbolehkan dan tidak akan sampai kepada orang yang telah mati, karena bukan termasuk usahanya (lihat  QS An-Najm ayat 39). Inilah pendapat imam asy-Syafi’i dan mayoritas ulama, sebagaimana penjelasan imam an-Nawawi. Pendapat ini didukung oleh tidak adanya anjuran dari Nabi SAW berkenaan mengirimkan hadiah pahala, dan bacaan Al Qur’an kepada mayit, dan juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabatnya. Kalau demikian mengapa kita tidak memanfaat waktu kita, kesempatan kita, peluang dan rejeki kita untuk Bersedekah Untuk Diri kita Sendiri ? agar semua tindakan kita berpahala dan mendapat ridhai Allah SWT.

Wallahu’alam bishawab

 Referensi dari berbagai sumber