Minggu, 22 Juni 2014

Menganggap Orang Lain Bodoh

Jika kita telah pensiun, dan hidup dalam lingkungan masyarakat yang kita sudah mengenalnya sejak muda, janganlah kita merasa dan menganggap bahwa diri kita itu orang yang paling pintar, paling tahu, paling mengerti, dan paling menguasai permasalahan, sehingga menganggap semua orang yang kita kenal itu berada dibawah kita.

Padahal, belum tentu pengetahuan yang kita miliki  itu berada diatas pengetahuan mereka. Walaupun kita pernah sebagai mantan pejabat, banyak teman-teman pejabat, dekat dengan penguasa dan orang-orang penting, apalagi pernah keluar negeri, maka kita merasa bahwa posisi kita diatas mereka. Sehingga sikap yang keluar dari diri kita adalah kesombongan, keangkuhan, kecongkakan, ujub, ghuluw, meminta orang lain agar memberi penghormatan, meminta orang lain agar memberi sanjungan, dan menganggap semua orang yang berada dilingkungannya, berada dibawahnya, dan semua bisa didikte.

Jika diantara orang-orang yang dianggap bodoh bersatu, dan membiarkan atau mengacuhkan kepongahan kita, maka harga diri kita telah jatuh dan kita tidak lagi punya teman, kawan atau sahabat. Masyarakat mulai menilai, atas perilaku dan kelakuan yang kita perbuat terhadap mereka, dan mereka mulai mengkritisi apa yang pernah kita ucapkan, maka semua orang akan mencibirkan kita, mencemoohkan kita, dan mengasingkan kita dari lingkungan yang selama ini kita anggap mereka dibawah kita. Kita lupa bahwa setiap orang mempunyai kesempatan untuk meng-aktualisasi diri atas pengetahuannya, sikapnya, dan perilakunya agar tidak dikatakan bodoh atau kurang pendidikan. Sementara kita terbuai dalam mimpi-mimpi indah dan angan-angan yang tinggi agar semua orang selalu menghormati dan melayani kita. Tapi yang kita peroleh hasilnya adalah sebuah kekecewaan, kegalauan, dan diasingkan oleh lingkungan masyarakat yang justru kita buat sendiri.

 

 

Salah Satu Ciri Orang Munafik Suka Iri dan Dengki

Orang bijak bilang :

“Dalam kehidupan dimasyarakat yang majemuk banyak orang yang suka memakai topeng untuk menutupi dirinya agar orang lain menilai bahwa apa yang ia lakukan, atau yang ia kerjakan dalam kegiatannya sehari-hari ingin nampak baik, berbuat baik, suci, jujur, alim, tidak suka bohong, tidak suka menipu, tidak suka memfitnah, tidak suka memprovokasi, mencari-cari kesalahan orang lain, atau tidak suka menceriterakan keburukan orang lain. Kalau berbicara layaknya lemah lembut ingin didengar, atau kalau menasehati hendaknya apa yang keluar dari mulutnya dituruti. Kalau bergaul dalam masyarakat lingkungannya sepertinya dialah orang yang paling tahu segalanya. Semua upaya dilakukannya dengan mengemas tuturkata dan tingkah lakunya yang seolah-olah itulah karakternya atau pribadinya.
Orang-orang ini sebenarnya menyembunyikan topengnya dibalik kebusukan hatinya bahwa apa yang diperbuatnya seolah merupakan kebaikan. Padahal apabila ia menyadari akan perbuatannya, ia akan merasa malu dan takut akan mendapat ancaman dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya yang disebut dalam Qur’an di surat Al Munafikun ayat 4.

Bagi orang-orang yang mempunyai sifat iri dan dengki, apabila ada seseorang yang mempunyai konsep, proposal, atau idea untuk kegiatan perbuatan baik bagi banyak orang, segera dipotongnya, dan bahkan dijegalnya. Orang-orang yang mempunyai karakter seperti ini sama sekali tidak senang atau tidak suka untuk mendukungnya, apalagi memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapainya. Padahal apa yang dilakukan seseorang itu hanya untuk mewujudkan keinginannya bagi kepentingan orang banyak seperti menjadi sponsor untuk kerja bakti kebersihan lingkungan, mengadakan ceramah agama dalam upaya membuka wawasan pemahaman agama, mengadakan pencerahan umum mengenai sesuatu masalah, mensponsori kegiatan sunatan masal, mengadakan bakti sosial kesehatan gratis, meningkatkan pendidikan masyarakat, dan atau menciptakan kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan umum.
Orang-orang yang tidak suka akan kegiatan yang dilakukan oleh orang lain itu akan mengatakan bahwa apa yang diperbuat orang lain itu adalah semata-mata untuk mencari ketenaran, mencari keuntungan pribadi dengan berkedok kepada kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan orang banyak, dan atau untuk mencari dukungan massa bagi kepentingan pribadinya dalam berkiprah dimasyarakat. Semua kegiatan baik itu, oleh orang-orang yang tidak suka, hanya dipandang sebelah mata saja. Ia mengatakan kepada orang-orang yang ada disekelilingnya bahwa ia mampu untuk berbuat seperti itu. Maka timbulah didalam hatinya rasa kesombongannya, kepongahannya, keangkuhannya, dan arogansinya. Iapun memandang rendah kepada semua orang yang ada dibawahnya atau yang ada disekelilingnya.

Orang-orang seperti ini sebenarnya lupa bahwa apa yang diperbuatnya itu akan mendapat ancaman dari Allah SWT sesuai firman-Nya sebagaimana disebut dalam Qur’an di surat Al Baqarah ayat 10.
Di sisi lain, sebagian orang yang suka iri dan dengki tidak senang melihat kegiatan kebaikan itu terlaksana. Mereka berusaha untuk menghasut orang lain agar memboikot kegiatan dengan menyebar fitnah untuk menjegal kegiatan yang bersifat kebaikan itu  batal dilaksanakan, atau tidak terwujudkan. Sementara itu ia tersenyum dan menepuk dada melihat usahanya untuk memprovokasi orang-orang lain itu berhasil. Karena memang ia tidak senang kalau kegiatan kebaikan yang dilakukan orang lain itu berhasil dilaksanakan. Ia merasa panas hatinya, ia merasa kecewa, karena ia merasa dilewatkan oleh orang lain. Sehingga iapun berusaha mencari kawan atau teman yang seprofesi untuk menggagalkan kegiatan yang dilakukan seseorang itu dengan seolah-olah menjadi pendukungnya. Padahal ia berusaha dengan membuat strategi jahatnya untuk menjatuhkan atau menghancurkan program dan kegiatan seseorang. Ia akan senang melihat kegagalan orang lain. Ia akan tersenyum atas keberhasilan menjegal orang lain, dan Iapun akan bahagia atas keberhasilannya dalam menggagal misi, tugas atau pekerjaan orang lain.

Orang-orang ini sebenarnya tahu bahwa apa yang diperbuatnya itu akan mendapat ancaman dari Allah SWT di dalam Qur’an di surat An Nisa ayat 145. Namun, karena ketidak-senangannya kepada orang lain, atau karena kebenciannya pada seseorang, maka ancaman tersebut terlupakan oleh hawa nafsunya.

Sebagian yang lain yaitu orang-orang yang tidak ber-su’udzon kepada seseorang menilai bahwa seharusnya memberikan apresiasi dan dukungan atas usaha dan upaya yang dilakukan itu. Sesuai proposal atau konsep yang disusun dimana telah jelas tujuannya, maka kegiatan itu diprogramkan untuk kemaslahatan umum untuk berbuat kebaikan bagi banyak orang tanpa pamrih, tanpa mengharap gaji, dan tanpa mencari keuntungan bagi dirinya. Kegiatan yang dilakukan itu semata-mata hanya untuk kepentingan orang banyak. Orang-orang yang ikhlas dan berhusnudzon ini akan selalu memberikan dukungan dan apresiasinya bagi kegiatan yang berdampak pada perbuatan baik. Karena perbuatan baik itu merupakan investasi pahala buat amalan masa depan, sehingga semua perbuatan baik itu selalu didukungnya.
Bagi orang-orang yang ikhlas dan suka mendukung kegiatan baik untuk orang banyak, mereka akan diberi ganjaran pahala, sebagaimana firman Allas SWT dalam Qur’an di surat Al Isra ayat 37.

Dalam perjalanan waktu, perbuatan baik untuk kemaslahatan umum dan  bagi kepentingan orang banyak itu terwujud, walaupun banyak tantangan, dan kritikan dalam upaya melaksanakan kegiatannya itu. Karena niat misi-nya itu semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah, maka orang-orang yang mempunyai hati bersih tetap mendukungnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya, maka hendaknya dia lakukan”. (Hadits diriwayatkan oleh Jabir radhiallahu ‘anhu).

Inilah acuan yang dijadikan pegangan bagi orang-orang yang suka berbuat kebaikan, walaupun banyak orang yang tidak suka. Dari banyak orang yang tidak suka,  namun masih ada orang-orang disekitarnya yang mendukungnya, maka kegiatan kebaikan itu dapat berjalan.
Sungguh kita semua ini diingatkan, kalaulah memang kita tidak mampu untuk melakukan kebaikan bagi banyak orang, janganlah kita suka menjegalnya, memboikot, dan menyebarkan fitnah. Berilah dukungan dan apresiasi kepada seseorang yang memang mampu untuk mengorganisir suatu kegiatan. Janganlah kita menjadi provokator, motivator, atau inisiator untuk menggagalkan program kegiatan seseorang yang dinilai orang banyak sangat bermanfaat. Inilah salah satu ciri orang-orang munafik yang ada disekitar kita yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Waspadalah”.

Jangan Suka Memprovokasi Orang Lain

Orang bijak bilang :
 “Kenapa orang suka mengeritik, menjelekan, mendiskreditkan dan memfitnah seseorang, apabila melihat orang lain berbuat kebaikan, sementara kita tidak dapat melakukan apa-apa. Padahal perbuatan kebaikan yang dilakukan seseorang itu sama sekali tidak merugikan kita, bahkan kegiatan itu dapat membuat orang lain ikut memperoleh keuntungan berupa amal kebajikan sebagai investasi pahala yang dikumpulkan untuk bekal dimasa datang buat kehidupan kita. Karena itu, janganlah kita suka memprovokasi mengajak orang lain untuk membeci seseorang yang tidak kita sukai agar orang lain juga turut membencinya. Janganlah kita suka meremehkan orang lain atas kemampuannya untuk berbuat kebaikan bagi kemaslahatan umum, sementara kita tidak mampu untuk melakukannya. Seharusnya kita mendukung, mensupportnya dan memberikan apresiasi kepadanya. Jika kita suka mengeritiknya dan kebencian yang kita perlihatkan, maka itulah salah satu ciri dari kemunafikan kita yang kita tonjolkan kepada orang lain”.