Minggu, 26 Oktober 2014

Yang Terpilih Menjadi Pimpinan


Orang-orang hebat adalah orang-orang  yang pada saat pemilihan menteri, wamen, dirjen, atau duta besar dia tidak merasa sakit hati, kecewa, atau prustasi karena tidak terpilih oleh presiden untuk menduduki jabatan tersebut. Ia melihatnya sebagai kebaikan karena saat ini tidak terpilih menjadi menteri untuk memimpin suatu departemen. Sekalipun namanya telah mencuat dan beredar di kalangan masyarakat dan menjadi bahan pergujingan diantara lingkungan pertemanannya.  Ia tidak merasa malu, kecil hati, atau menarik diri dari lingkungannya karena namanya tidak terpilih.

 Namun ada diantara mereka karena tidak terpilih menjadi pimpinan kemudian mereka membentuk kelompok tertentu menjadi rivalnya dan membuat oposisi. Bahkan dengan sengaja membuat keonaran, memprovokasi, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang destruktif. Atau membayar oknum-oknum tertentu untuk sengaja melakukan penjegalan atas kebijakan yang telah ditetapkan presiden atau pembuat keputusan.

Orang-orang yang mempunyai hati nurani, arif, dan selalu berprasangka baik, apabila namanya tidak terpilih untuk menjadi pimpinan suatu organisasi kementerian atau lembaga, ia segera bermuhasabah bahwa barangkali Allah memang belum memberikan kepercayaan kepadanya. Mereka beristighfar dan memuji kebesaran Allah, serta mendo’akan kepada teman-temannya yang terpilih itu agar dalam melaksanakan program pemerintah yang diembannya itu berjalan lancar dan sukses. Ia tidak merasa sakit hati, tersisihkan, atau tereliminasi dari lingkungannya, tetapi berkomitmen mendukung program dan kebijakan temannya itu yang kini menjadi pimpinannya itu.

Dalam satu riwayat pernah Nabi SAW menasihati seorang sahabat Abdurrahman bin Samurah r.a yang berkaitan dengan jabatan :  “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah Ta'ala dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Setiap orang dipastikan mempunyai ambisi untuk menjadi seorang pemimpin. Karena menjadi pemimpin disuatu organisasi departemen, lembaga atau institusi memudahkannya untuk memenuhi tuntutan hawa nafsunya antara lain ingin menjadi populer, ingin menjadi terkenal, ingin mendapat penghormatan dari orang lain, merasa kedudukan atau status sosialnya yang tinggi, menyombongkan diri dan ingin dipuji, dapat memerintah dan menguasai, dapat menambah harta kekayaan, kemewahan serta kemegahan.

Islam tidak pernah sembarangan dalam memilih seorang pemimpin atau penguasa, apalagi seseorang yang datang menyodorkan dirinya untuk diangkat menjadi seorang pemimpin. Hadits di atas menunjukkan, petunjuk dari Nabi SAW kepada ummatnya agar tidak meminta-minta untuk menjadi pemimpin, penguasa atau pejabat. Karena menjadi pemimpin itu adalah pemegang amanah. Ia harus menjalankan amanah itu sebagaimana mestinya.

“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya” (Al hadist). “Tiap-tiap diri bertangung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” ( QS Al-Mudatstsi : 38). “Dan tidak lah seorang membuat dosa melainkan kemudhratannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” (QS Al- Anam :164). “Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan” (QS Yasin : 12). Menjadi pemimpin di level apapun maka Allah akan meminta pertanggungjawabannya diakherat kelak. Akankah kita akan menjadi pemimpin yang amanah?.

Orang-orang yang terpilih atau dipilih untuk menjadi pemimpin adalah orang-orang yang dinilai dapat menjalankan amanah, cakap, mempunyai integritas, jujur, bersih, komitmen dan profesional dalam profesinya. Tidak berniat untuk menjadi seorang KORUPTOR atau memperkaya diri, tetapi mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman, sejahtera, adil dengan berpedoman kepada  Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar