Dulupun
demikian, walaupun Hemma Malini, Ayesha Takia, Susanne Roshan, Sofia Latjuba, Ayu
Soraya, Ayu Azhari, Betharia Sonatha, Christin Panjaitan, Diane Keaton, Meryl Streep, Helen Mirren, cantik, aku pilih perempuan dari
Cipinang Kebembem V 12B menjadi istriku, karena dialah perempuan yang aku pilih dari
sebanyak 3 milyar perempuan yang ada pada saat itu. Dialah perempuan yang kini menjadi
ibu dari anak-anaku dan eyang putri dari cucu-cucuku.
Saat
ini, setelah perjalanan mengayuh bahtera rumah tangga selama 33 tahun, istriku
semakin bertambah umurnya, dan aku sering melihat sekilas sudah ada kerutan didahinya
dan warna rambutnyapun telah mulai ada yang beda berwarna keputih-putihan. Namun
aku bangga karena kerutan dan warna rambut itu terjadi bersama dalam perjalanan
hidupku.
Aku
telah menjadi orang pensiunan yang kini telah terpinggirkan dari lingkungan
organisasi kerja. Aku banyak dirumah, membaca, mendengarkan music, menulis, da nada juga
waktu nganggur, dialah yang setia mendampingi diriku. Walau kadang-kadang aku
harus pergi keluar rumah untuk memenuhi undangan pengajian, atau undangan rapat
dari organisasi yang aku berada didalamnya. Aku selalu bersama istriku kala ada
undangan pesta pernikahan dari teman atau sahabatku.
Aku
merasa sudah tidak seperti dulu lagi, aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi, aku
sudah tidak memiliki paspor hitam lagi, dan aku sudah tidak punya jabatan lagi,
namun istriku selalu setia mendampingi diriku, menerima keadaanku dalam
keikhlasan dan pengabdiannya dalam menjalani hari-hari panjang yang tidak
pernah aku tahu kapan perjalanan ini akan berhenti.
Aku
senantiasa mendo’akan istriku agar ia selalu sehat dalam mendampingi
perjalananku, dan aku selalu memperhatikan istriku walau kini telah bertambah
usianya. Perasaan ini datang secara perlahan tapi pasti.
Awal
pernikahanku, aku tahu istrikulah yang cantik, atau yang tercantik,
itu
pasti, karena aku telah memilihnya. Aku masih muda ketika itu, aku masih aktif
dalam pekerjaanku, aku selalu banyak tugas yang dibebankan pimpinanku, sehingga
aku harus pergi pagi pulang larut malam. Bahkan hari-hari liburkupun tersita
oleh tugas pekerjaan dan kegiatan itu hampir setiap hari tiada henti.
Dalam
perjalananku pulang, di luar rumah, aku melihat banyak wanita-wanita cantik,
sama seperti istriku, bahkan lebih cantik. Namun aku tidak pernah peduli,
sehingga perempuan cantik lainnya tidak menjadi perhatianku. Aku telah memilih
istriku yang setia mendampingi diriku.
Dan
aku ingin cepat sampai dirumah karena ia sedari pagi telah kutinggalkan dirumah
seorang diri. Ia mengurusi anak-anak, mencuci, menstrika, cuci piring, memasak
dan membersihkan rumah dari pagi sampai malam hari.
Waktu
terus berlalu, kujalani bersamanya dalam suka dan duka. Tidak terasa perjalanan itu membawa kami menuju pada usia
yang makin tua. Kini, kami memasuki usia senja, tetapi dimataku, istriku
semakin kemari, semakin tua, tapi semakin cantik saja, sehingga aku sampai pada
kesimpulan, istriku ternyata wanita tercantik di dunia.
Bagaimana
aku sampai pada kesimpulan itu, itulah yang ingin aku bagi pada
teman-teman dan sahabat semua.
Istriku
menganggapku sebagai bagian dari dirinya, ketika aku jatuh sakit, aku dibawanya
kerumah sakit, ditunggui siang dan malam. Dia begitu perhatian kepadaku, aku
begitu dicintainya, dibelai dan dikasihinya. Selama aku dirawat ia tidak pernah
lepas dalam berdo’a. Meskipun apa yang telah aku terima, begitu juga yang telah
aku berikan padanya, tetapi yang aku terima itu, perlahan-perlahan membuat aku
semakin mabuk untuk hanya tertumpu pada satu titik. Dialah istriku, tak ada
kemungkinan yang lain.
Istriku
tidak menganggap aku sebagai penanggung jawab bagi kebutuhan materi yang kami
sangat butuhkan ketika muda dulu, tetapi kepergianku mencari nafkah, selalu
diingatkan sebagai ibadah untuk memenuhi amanah, untuk melindungi anak istri
sebagai titipan Tuhan yang dipercayakan pada ku, sehingga ketika aku
mendapatkan rezeki, aku pun takut membelajakannya untuk sesuatu yang haram,
karena sesungguhnya, apa yang aku terima ini, bukanlah milik aku semata, tetapi
sesungguhnya, aku hanya sebagai sarana perantara untuk datangnya rezeki untuk
anak-anak dan istriku.
Waktu
aku bertugas di perwakilan, waktuku hampir habis setiap hari dalam pekerjaan. Sebagai
manusia biasa, kadang kala ada kejenuhan dalam bekerja, istriku sangat
menyadari hal itu. Ada saatnya aku suntuk atau istriku galau, terkadang aku tidak
ingin diganggu dengan hal-hal remeh temeh dalam rumah tanggaku, maka dengan
mobilku aku pergi ke tepi pantai mendengarkan suara deburan ombak dan hembusan
angin laut. Mendengar kicauan burung-burung laut yang pulang kandang. Atau aku
pergi menemani istriku untuk ke Redio Drive, Beverly, Century, Hollywood,
Salvang, Long Beach, Santa Monica, Burbank, Santa Barbara, plaza atau mall
hanya untuk window shopping. Atau ke café hanya untuk sekedar minum kopi sambil
mendengarkan lagu-lagu country atau oldiest.
Kadang
aku, ditugaskan keluar wilayah akreditasi untuk mengikuti rapat kerja, seminar
atau konsultasi yang memakan waktu 2 atau 3 hari di Kuala Lumpur, Bangkok,
Manila, Seoul, Singapore, dan di Beijing. Terkadang juga harus hadir di ibu kota
propinsi di Indonesia ke Padang, Palembang, Medan dan Aceh. Aku hampir beberapa
tahun tidak bertetangga dengan membuat aku kurang gaul dengan tetangga, namun ketika
aku selesai tugas dari perwakilan barulah aku bersosialisasi kembali dengan
tetangga, teman dan sahabat-sahabatku.
Aku
bukan tidak menganjurkan istriku untuk hadir di majlis taklim ibu-ibu, atau di
tempat arisan RT, tapi aku kuatir istriku pulang bercerita tentang tetangga
kami, tentang bapak anu dan ibu anu, yang ketika itu, bagiku merupakan cerita
yang sepele saja, dan akan sangat berharga bagi istriku dan menjadi referensi saja.
Sekarang
setelah aku pensiun, ketika usiaku mulai senja, ketergantunganku pada istriku
semakin besar, saat-saat aku mengerjakan kerjaan yang lebih banyak di rumah,
istrilah yang mengingatkan kapan aku makan, kapan aku mau ketemu bapak A atau
bapak B, karena sudah terlanjur buat janji, atau mempersiapkan apa-apa yang
harus aku bawa, ketika aku akan bertemu atau rapat pertemuan di masjid atau
diperkumpulan organisasi-organisasi social.
Sungguh
Allah Maha Besar yang telah memberikan pendamping yang begitu baik padaku,
lambat tapi pasti, istriku semakin tua, Nampak semakin cantik, hingga akhirnya aku
sampai pada kesimpulan, bahwa istriku adalah perempuan yang tercantik di dunia.
Sumber
: terinspirasi dari tulisan makin tua semakin cantik