Selasa, 27 Mei 2014

Istriku Makin Tua Semakin Cantik

Kalau ada orang yang bertanya kepadaku, siapakah wanita paling cantik saat ini di dunia, maka aku akan menjawabnya, istrikulah orang yang paling cantik di dunia ini. Walaupun banyak wanita cantik dikalangan selebrity dunia seperti Kate Winslet, Vanessa Williams, Felicity Huffman, Gwyneth Paltrow, Jennifer Aniston, Cindy Crawford, Halle Berry, Oprah Winfrey, Demi Moore, dan Sarah Jessica Parker tidak menjadi perhatianku.  

Dulupun demikian, walaupun Hemma Malini, Ayesha Takia, Susanne Roshan, Sofia Latjuba, Ayu Soraya, Ayu Azhari, Betharia Sonatha, Christin Panjaitan, Diane Keaton, Meryl Streep, Helen Mirren, cantik, aku pilih perempuan dari Cipinang Kebembem V 12B menjadi istriku, karena dialah perempuan yang aku pilih dari sebanyak 3 milyar perempuan yang ada pada saat itu. Dialah perempuan yang kini menjadi ibu dari anak-anaku dan eyang putri dari cucu-cucuku.

Saat ini, setelah perjalanan mengayuh bahtera rumah tangga selama 33 tahun, istriku semakin bertambah umurnya, dan aku sering melihat sekilas sudah ada kerutan didahinya dan warna rambutnyapun telah mulai ada yang beda berwarna keputih-putihan. Namun aku bangga karena kerutan dan warna rambut itu terjadi bersama dalam perjalanan hidupku.

Aku telah menjadi orang pensiunan yang kini telah terpinggirkan dari lingkungan organisasi kerja. Aku banyak dirumah, membaca,  mendengarkan music, menulis, da nada juga waktu nganggur, dialah yang setia mendampingi diriku. Walau kadang-kadang aku harus pergi keluar rumah untuk memenuhi undangan pengajian, atau undangan rapat dari organisasi yang aku berada didalamnya. Aku selalu bersama istriku kala ada undangan pesta pernikahan dari teman atau sahabatku.

Aku merasa sudah tidak seperti dulu lagi, aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi, aku sudah tidak memiliki paspor hitam lagi, dan aku sudah tidak punya jabatan lagi, namun istriku selalu setia mendampingi diriku, menerima keadaanku dalam keikhlasan dan pengabdiannya dalam menjalani hari-hari panjang yang tidak pernah aku tahu kapan perjalanan ini akan berhenti.

Aku senantiasa mendo’akan istriku agar ia selalu sehat dalam mendampingi perjalananku, dan aku selalu memperhatikan istriku walau kini telah bertambah usianya. Perasaan ini datang secara perlahan tapi pasti.

Awal pernikahanku, aku tahu istrikulah yang cantik, atau yang tercantik,
itu pasti, karena aku telah memilihnya. Aku masih muda ketika itu, aku masih aktif dalam pekerjaanku, aku selalu banyak tugas yang dibebankan pimpinanku, sehingga aku harus pergi pagi pulang larut malam. Bahkan hari-hari liburkupun tersita oleh tugas pekerjaan dan kegiatan itu hampir setiap hari tiada henti.

Dalam perjalananku pulang, di luar rumah, aku melihat banyak wanita-wanita cantik, sama seperti istriku, bahkan lebih cantik. Namun aku tidak pernah peduli, sehingga perempuan cantik lainnya tidak menjadi perhatianku. Aku telah memilih istriku yang setia mendampingi diriku.

Dan aku ingin cepat sampai dirumah karena ia sedari pagi telah kutinggalkan dirumah seorang diri. Ia mengurusi anak-anak, mencuci, menstrika, cuci piring, memasak dan membersihkan rumah dari pagi sampai malam hari.

Waktu terus berlalu, kujalani bersamanya dalam suka dan duka. Tidak terasa perjalanan itu membawa kami menuju pada usia yang makin tua. Kini, kami memasuki usia senja, tetapi dimataku, istriku semakin kemari, semakin tua, tapi semakin cantik saja, sehingga aku sampai pada kesimpulan, istriku ternyata wanita tercantik di dunia.

Bagaimana aku  sampai pada kesimpulan itu, itulah yang ingin aku bagi pada teman-teman dan sahabat semua.

Istriku menganggapku sebagai bagian dari dirinya, ketika aku jatuh sakit, aku dibawanya kerumah sakit, ditunggui siang dan malam. Dia begitu perhatian kepadaku, aku begitu dicintainya, dibelai dan dikasihinya. Selama aku dirawat ia tidak pernah lepas dalam berdo’a. Meskipun apa yang telah aku terima, begitu juga yang telah aku berikan padanya, tetapi yang aku terima itu, perlahan-perlahan membuat aku semakin mabuk untuk hanya tertumpu pada satu titik. Dialah istriku, tak ada kemungkinan yang lain.

Istriku tidak menganggap aku sebagai penanggung jawab bagi kebutuhan materi yang kami sangat butuhkan ketika muda dulu, tetapi kepergianku mencari nafkah, selalu diingatkan sebagai ibadah untuk memenuhi amanah, untuk melindungi anak istri sebagai titipan Tuhan yang dipercayakan pada ku, sehingga ketika aku mendapatkan rezeki, aku pun takut membelajakannya untuk sesuatu yang haram, karena sesungguhnya, apa yang aku terima ini, bukanlah milik aku semata, tetapi sesungguhnya, aku hanya sebagai sarana perantara untuk datangnya rezeki untuk anak-anak dan istriku.

Waktu aku bertugas di perwakilan, waktuku hampir habis setiap hari dalam pekerjaan. Sebagai manusia biasa, kadang kala ada kejenuhan dalam bekerja, istriku sangat menyadari hal itu. Ada saatnya aku suntuk atau istriku galau, terkadang aku tidak ingin diganggu dengan hal-hal remeh temeh dalam rumah tanggaku, maka dengan mobilku aku pergi ke tepi pantai mendengarkan suara deburan ombak dan hembusan angin laut. Mendengar kicauan burung-burung laut yang pulang kandang. Atau aku pergi menemani istriku untuk ke Redio Drive, Beverly, Century, Hollywood, Salvang, Long Beach, Santa Monica, Burbank, Santa Barbara, plaza atau mall hanya untuk window shopping. Atau ke café hanya untuk sekedar minum kopi sambil mendengarkan lagu-lagu country atau oldiest.

Kadang aku, ditugaskan keluar wilayah akreditasi untuk mengikuti rapat kerja, seminar atau konsultasi yang memakan waktu 2 atau 3 hari di Kuala Lumpur, Bangkok, Manila, Seoul, Singapore, dan di Beijing. Terkadang juga harus hadir di ibu kota propinsi di Indonesia ke Padang, Palembang, Medan dan Aceh. Aku hampir beberapa tahun tidak bertetangga dengan membuat aku kurang gaul dengan tetangga, namun ketika aku selesai tugas dari perwakilan barulah aku bersosialisasi kembali dengan tetangga, teman dan sahabat-sahabatku.

Aku bukan tidak menganjurkan istriku untuk hadir di majlis taklim ibu-ibu, atau di tempat arisan RT, tapi aku kuatir istriku pulang bercerita tentang tetangga kami, tentang bapak anu dan ibu anu, yang ketika itu, bagiku merupakan cerita yang sepele saja, dan akan sangat berharga bagi istriku dan menjadi referensi saja.

Sekarang setelah aku pensiun, ketika usiaku mulai senja, ketergantunganku pada istriku semakin besar, saat-saat aku mengerjakan kerjaan yang lebih banyak di rumah, istrilah yang mengingatkan kapan aku makan, kapan aku mau ketemu bapak A atau bapak B, karena sudah terlanjur buat janji, atau mempersiapkan apa-apa yang harus aku bawa, ketika aku akan bertemu atau rapat pertemuan di masjid atau diperkumpulan organisasi-organisasi social.

Sungguh Allah Maha Besar yang telah memberikan pendamping yang begitu baik padaku, lambat tapi pasti, istriku semakin tua, Nampak semakin cantik, hingga akhirnya aku sampai pada kesimpulan, bahwa istriku adalah perempuan yang tercantik di dunia.

 

Sumber : terinspirasi dari tulisan makin tua semakin cantik

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar