Senin, 21 April 2014

Aku Anak Tukang Sapu


Dulu aku tidak tahu
Aku ini berada dimana
Aku sama sekali tidak ingat
Aku sama sekali tidak tahu
Aku ini siapa ?

Aku sama sekali tidak tahu
Siapa yang akan menjadi bapaku
Dan akupun sama sekali tidak tahu
Siapa yang akan menjadi ibuku
Semua serba tidak aku tahu
Semua serba rahasia

Apakah bapakku seorang jenderal
Seorang pejabat
Seorang pengusaha
Seorang pegawai negeri sipil
Seorang petani  miskin
Ataukah sampah masyarakat
Aku juga tidak tahu

Apakah ibuku seorang anak direktur
Seorang anak pamong desa
Seorang guru
Seorang tukang cuci piring
Ataukah seorang prostitusi
Akupun juga tidak tahu

Kini aku ada
Aku terlahir dari orang tua yang keduanya  orang desa
Berpendidikan rendah dan tidak mempunyai harta
Hijrah ke Jakarta karena ingin merubah hidup
Waktu muda bapakku hanyalah sebagai tukang penjual es dorong
Ibuku hanyalah penjual gado-gado
Kehidupannya miskin dan selalu kekurangan
Sehingga akupun tidak pernah bahagia seperti kawan-kawanku
Yang papanya kaya dan memiliki harta
Memiliki kendaraan sekalipun beroda dua

Saat itu rumahku dipinggir kali di banjir kanan
Dibelakang rumah ada kali dan didepan rumah jalanan kereta api
Dan kalau hujan besar selalu banjir sampai selutut
Bila kereta api lewat suaranya bergemuruh
Aku hidup dengan teman-teman anaknya tukang beca
Anaknya tukang pikul air, anaknya tukang gerobak dorong
Anaknya tukang loak, anaknya tukang jahit atau anaknya tukang tambal ban
Bahkan aku juga punya teman anaknya seorang penjudi, pemabok, pencoleng, dan pemulung
Aku tidak merasa malu hidup bersama mereka
Karena akupun anak seorang tukang sapu

Aku mengaji dirumah seorang guru
Mushala hanya satu-satunya diujung jembatan
Aku sungguh benci dengan lingkungan hidup yang miskin
Kalau pagi semua orang sudah keluar rumah
Mencari rejeki sesuai dengan profesinya
Kehidupan itu keras karena saling berlomba
 
Aku merasa tidak pernah bisa bahagia
Seperti halnya teman-temanku yang lain
Kalau sekolah aku tidak punya tas atau sepatu
Bukuku hanya aku lipat dan kutaruh dalam kantong celanaku

Sekolah Tk-ku di TK Melati beralamat di jalan VIY gang lima
Sekolah sd-ku-pun hanya sampai kelas 2 di SD Pulo Piun
Yang jaraknya tidak seberapa jauh dari Rumah Sakit Tarakan
 
Aku bersyukur walaupun bapaku hanya sebagai pegawai kecil di Deplu
Sebagai pengantar surat dan pembersih ruangan
bapaku mendapat rumah dinas di kompleks Deplu di Cipete Udik
Disini aku bisa melanjutkan sekolah sampai selesai di SD Pela
Laku bapakupun menyekolahkan aku di SMP Cenderawasih
Setelah lulus aku kandas tidak bisa meneruskan ke SMA
atau kesekolah lain sesuai cita-citaku 
Aku mandek disini dan tidak meneruskan sekolah
karena adik-adiku yang lain juga memerlukan pendidikan

Aku menjadi pengangguran dan bukan anak sekolahan
Aku menjadi korban kemiskinan, ketiadaan harta, dan uang
Aku harus menjadi kuli bangunan untuk membantu orang tuaku
Walaupun aku malu aku harus menerima kenyataan
Aku hanyalah anak orang miskin dan tak mungkin aku mendapat pendidikan Seperti teman-temanku yang lain yang orang tuanya mampu, kaya dan berharta
xxxxxxx

Ditempat yang baru aku merasa ada perubahan hidup
Bapak ibuku menempati rumah dinas dari Deplu
Aku merasa hidupku lebih baik dari sebelumnya
Walau sekolahkupun hanya beralaskan sandal jepit
Masa mudakupun tak pernah bahagia
Aku terbatas pada keadaanku karena bapakku hanya pegawai kecil
Ibuku berjualan gado-gado dan rujak
Sementara aku menjadi tukang bangunan
Ngaduk semen dan pasir
Aku tidak merasa malu dengan teman-temanku
Walau aku berstatus tukang ngaduk semen
Aku masih punya cita-cita untuk melanjutkan sekolah
Walaupun aku harus bersusah-susah
Dan akhirnya akupun lulus setingkat SMA
Dengan kelas KPAA
Inilah awal perjalanan karirku

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar