Dulu aku
tidak tahu
Aku ini
berada dimanaAku sama sekali tidak ingat
Aku sama sekali tidak tahu
Aku ini siapa ?
Aku sama
sekali tidak tahu
Siapa yang
akan menjadi bapaku Dan akupun sama sekali tidak tahu
Siapa yang akan menjadi ibuku
Semua serba tidak aku tahu
Semua serba rahasia
Apakah
bapakku seorang jenderal
Seorang
pejabat Seorang pengusaha
Seorang pegawai negeri sipil
Seorang petani miskin
Ataukah sampah masyarakat
Aku juga tidak tahu
Apakah
ibuku seorang anak direktur
Seorang
anak pamong desaSeorang guru
Seorang tukang cuci piring
Ataukah seorang prostitusi
Akupun juga tidak tahu
Kini aku
ada
Aku
terlahir dari orang tua yang keduanya
orang desaBerpendidikan rendah dan tidak mempunyai harta
Hijrah ke Jakarta karena ingin merubah hidup
Waktu muda bapakku hanyalah sebagai tukang penjual es dorong
Ibuku hanyalah penjual gado-gado
Kehidupannya miskin dan selalu kekurangan
Sehingga akupun tidak pernah bahagia seperti kawan-kawanku
Yang papanya kaya dan memiliki harta
Memiliki kendaraan sekalipun beroda dua
Saat itu rumahku dipinggir kali di banjir kanan
Dibelakang rumah ada kali dan didepan rumah jalanan kereta api
Dan kalau hujan besar selalu banjir sampai selutut
Bila kereta api lewat suaranya bergemuruh
Aku hidup dengan teman-teman anaknya tukang beca
Anaknya tukang pikul air, anaknya tukang gerobak dorong
Anaknya tukang loak, anaknya tukang jahit atau anaknya tukang tambal ban
Bahkan aku juga punya teman anaknya seorang penjudi, pemabok, pencoleng, dan pemulung
Aku tidak merasa malu hidup bersama mereka
Karena akupun anak seorang tukang sapu
Aku mengaji dirumah seorang guru
Mushala hanya satu-satunya diujung jembatan
Aku sungguh benci dengan lingkungan hidup yang miskin
Kalau pagi semua orang sudah keluar rumah
Mencari rejeki sesuai dengan profesinya
Kehidupan itu keras karena saling berlomba
Aku merasa
tidak pernah bisa bahagiaMushala hanya satu-satunya diujung jembatan
Aku sungguh benci dengan lingkungan hidup yang miskin
Kalau pagi semua orang sudah keluar rumah
Mencari rejeki sesuai dengan profesinya
Kehidupan itu keras karena saling berlomba
Seperti halnya teman-temanku yang lain
Kalau sekolah aku tidak punya tas atau sepatu
Bukuku hanya aku lipat dan kutaruh dalam kantong celanaku
Sekolah
Tk-ku di TK Melati beralamat di jalan VIY gang lima
Sekolah sd-ku-pun hanya sampai kelas 2 di SD Pulo Piun
Yang jaraknya tidak seberapa jauh dari Rumah Sakit Tarakan
Aku bersyukur walaupun bapaku hanya sebagai pegawai kecil di DepluSekolah sd-ku-pun hanya sampai kelas 2 di SD Pulo Piun
Yang jaraknya tidak seberapa jauh dari Rumah Sakit Tarakan
Sebagai pengantar surat dan pembersih ruangan
bapaku mendapat rumah dinas di kompleks Deplu di Cipete Udik
Disini aku bisa melanjutkan sekolah sampai selesai di SD Pela
Laku bapakupun menyekolahkan aku di SMP Cenderawasih
Setelah lulus aku kandas tidak bisa meneruskan ke SMA
atau kesekolah lain sesuai cita-citaku
Aku mandek disini dan tidak meneruskan sekolah
karena adik-adiku yang lain juga memerlukan pendidikan
Aku menjadi pengangguran dan bukan anak sekolahan
Aku menjadi korban kemiskinan, ketiadaan harta, dan uang
Aku harus menjadi kuli bangunan untuk membantu orang tuaku
Walaupun aku malu aku harus menerima kenyataan
Aku hanyalah anak orang miskin dan tak mungkin aku mendapat pendidikan Seperti teman-temanku yang lain yang orang tuanya mampu, kaya dan berharta
xxxxxxx
Ditempat yang baru aku merasa ada perubahan hidup
Bapak ibuku menempati rumah dinas dari Deplu
Aku merasa hidupku lebih baik dari sebelumnya
Walau sekolahkupun hanya beralaskan sandal jepit
Masa
mudakupun tak pernah bahagia
Aku
terbatas pada keadaanku karena bapakku hanya pegawai kecilIbuku berjualan gado-gado dan rujak
Sementara aku menjadi tukang bangunan
Ngaduk semen dan pasir
Aku tidak merasa malu dengan teman-temanku
Walau aku berstatus tukang ngaduk semen
Aku masih punya cita-cita untuk melanjutkan sekolah
Walaupun aku harus bersusah-susah
Dan akhirnya akupun lulus setingkat SMA
Dengan kelas KPAA
Inilah awal perjalanan karirku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar