Kita akan tersanjung kalau kita dipuji orang, karena kita dianggap
sebagai orang yang baik hati. Orang yang dermawan. Orang yang suka menolong
kesusahan orang lain. Orang yang suka
memberi pinjaman kepada orang-orang yang memerlukan bantuan keuangan karena
dihimpit oleh tekanan ekonomi. Orang
yang suka berderma bagi kemaslahatan umum. Orang yang suka berinfaq ke masjid
atau mushala. Orang yang suka membantu membangun panti asuhan anak-anak yatim.
Orang yang suka memberi pencerahan dakwah di masjid-masjid atau mushala-mushala.
Atau orang yang suka berceramah di majlis-majlis taklim.
Karena pujiannya itu dimaklumkan didepan umum dan diketahui oleh orang
banyak, maka ia merasa tersanjung dan bangga sebagai orang yang baik, sebagai
orang yang suka membantu bagi sesama, sebagai kyai-da’I- ustad yang hebat
karena dakwahnya yang sangat menyentuh hati dan menggugah semangat untuk
ber-taqwa.
Mereka yang dipuji dengan sendirinya menjadi orang yang terhormat di
dalam pandangan masyarakat dan lingkungannya.
Sehingga kalau mereka hadir di suatu acara pertemuan selalu merasa
tersanjung. Atau disetiap acara pertemuan ia minta ditempatkan tempat duduk tertentu
dan minta dihormati dengan cara mengulurkan tangannya agar dapat dicium.
Apalagi bila dalam suatu pertemuan itu ada pejabat penting yang hadir,
dan ia berusaha untuk bertemu dan duduk disebelah kirinya. Kemudian berceritera
ini dan itu seolah-olah ia sangat berperan dalam suatu peristiwa yang pernah
terjadi. Atau sengaja menonjolkan program yang akan dilaksanakan padahal ia
tidak berada dalam ruang lingkup kegiatan tersebut. Maka sikap seperti ini
adalah sikapnya orang-orang munafik yang suka membuat kebohongan dengan
memperalat orang lain agar ia dikatakan sebagai orang yang arif, bijaksana,
penuh idea, dan menonjolkan diri agar dipuji. Mereka memakai topeng untuk kepentingan
pribadinya belaka.
Kalaulah perbuatan seperti ini menjadikan kebanggaan dalam hatimu, menjadikan
tujuan untuk menarik perhatian orang lain, maka banggamu itu akan menghapuskan
semua amalmu yang telah kau tanam dihatimu.
Karenanya
janganlah kita mengharap pujian dalam beramal, memamerkan kebaikan kepada semua
orang, dan mengharapkan imbalan jasa atas apa yang telah kita perbuat kepada
orang lain. Biarkanlah orang lain tidak mengetahui atas apa yang kita perbuat
bagi sesama untuk kemaslahatan umum karena hanya semata-mata ingin mendapat
ridha Allah, sehingga amal perbuatan
kita itu menjadi suatu investasi pahala yang kita tanam untuk masa depan
kehidupan akherat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar