Setelah kita mulai besar, tumbuh dan berkembang,
bersekolah sampai kita kuliah lingkungan kita ikut menjaga, memperhatikan, dan
membesarkan kita hingga kita menjadi tumbuh dewasa. Setelah itu kita mulai
bekerja dan akhirnya mempunyai keluarga. Seiring dengan perjalanan waktu, kita
mulai mengenal diri kita, teman-teman, dan lingkungan hidup kita. Kita berada
dalam dunia anak-anak, remaja, dan dewasa. Orang tua kita menyekolahkan kita
agar menjadi anak yang pintar dan cerdas mulai PAUD sampai mencapai gelar
sarjana. Pada hari-hari tertentu orang tua membawa kita ke pengajian di surau
atau masjid agar kita menjadi anak yang baik dan mengenal agama yang kita anut.
Kita diberi pelajaran mengenai shalat, puasa, kejujuran, keadilan, keikhlasan,
bertanggungjawab, etika, moral, budi pekerti, disiplin dan berbagai jalan
menuju kebaikan, serta diajarkan pula agar jangan melakukan kebohongan,
kecurangan, dan apalagi sampai mengambil hak orang lain.
Setelah kita mulai bekerja dan mengenal hidup dalam lingkungan kerja, mulailah muncul berbagai keinginan yang lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Kita mulai mengenal yang namanya prestasi, dedikasi, kedudukan, mencari pasangan hidup (wanita/suami) untuk berkeluarga, dan harta kekayaan yang kemudian menjadi obsesi setiap orang.
Dalam mencapai obsesi itu, terkadang kita lupa diri untuk mencapainya. Bahkan dengan berbagai cara termasuk cara-cara yang tidak terpuji dan yang diharamkan menurut syar’i.
Perbuatan curang dan tidak terpuji itu kita lakukan karena ingin mengugguli teman-teman lain yang menjadi saingan kita. Dalam hal persaingan itu kita sudah berani melanggar sumpah dan janji pada diri sendiri. Padahal sewaktu kita diberi kepercayaan pimpinan untuk menduduki suatu jabatan kita bersumpah dengan mengangkat qur’an dan dengan menyebut asma Allah, tapi kita terlena dalam korupsi menggerogoti keuangan Negara untuk memperkaya diri dengan cara melanggar hukum.
Setelah kita mulai bekerja dan mengenal hidup dalam lingkungan kerja, mulailah muncul berbagai keinginan yang lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Kita mulai mengenal yang namanya prestasi, dedikasi, kedudukan, mencari pasangan hidup (wanita/suami) untuk berkeluarga, dan harta kekayaan yang kemudian menjadi obsesi setiap orang.
Dalam mencapai obsesi itu, terkadang kita lupa diri untuk mencapainya. Bahkan dengan berbagai cara termasuk cara-cara yang tidak terpuji dan yang diharamkan menurut syar’i.
Perbuatan curang dan tidak terpuji itu kita lakukan karena ingin mengugguli teman-teman lain yang menjadi saingan kita. Dalam hal persaingan itu kita sudah berani melanggar sumpah dan janji pada diri sendiri. Padahal sewaktu kita diberi kepercayaan pimpinan untuk menduduki suatu jabatan kita bersumpah dengan mengangkat qur’an dan dengan menyebut asma Allah, tapi kita terlena dalam korupsi menggerogoti keuangan Negara untuk memperkaya diri dengan cara melanggar hukum.
Apabila perbuatan kita itu diketahui KPK akhirnya
kita terpojok digiring ke RUTAN sebagai tersangka atau terdakwa KORUPSI.
Tinggal di RUTAN yang kamarnya sempit bukanlah takdir, tetapi itu adalah pilihan
kita sendiri. Kita telah memilih jalan hidup kita yang berserangan dengan hukum
sehingga wajar-wajar saja bila akhirnya KPK menjebloskan diri kita ke RUTAN
yang didalamnya adalah orang-orang yang berani melanggar sumpah dan janji.
Kita orang-orang yang masih sadar, barangkali harus kasihan kepada mereka yang kini tinggal di RUTAN-RUTAN yang dijaga polisi dan sipir penjara. Makannya saja di dibatasi, ruang geraknya diawasi, dan pergerakan sehari-harinya diamati padahal diluar sana rumah besar mewah dan lux yang dibangunnya itu jauh lebih nyaman dibandingkan RUTAN yang menjadi impiannya.
Kita orang-orang yang masih sadar, barangkali harus kasihan kepada mereka yang kini tinggal di RUTAN-RUTAN yang dijaga polisi dan sipir penjara. Makannya saja di dibatasi, ruang geraknya diawasi, dan pergerakan sehari-harinya diamati padahal diluar sana rumah besar mewah dan lux yang dibangunnya itu jauh lebih nyaman dibandingkan RUTAN yang menjadi impiannya.
Kalau kita menengok kebelakang dalam arti sadar,
bahwa apa yang telah diperbuat ini hanyalah semata-mata ingin mengumbar nafsu,
ingin menguasai dunia, ingin kaya dengan harta yang berlimpah ruah, ingin
dihormati, ingin disanjung, ingin wah, ingin diakui keberadaanya, dan ingin
dikelilingi oleh wanita-wanita cantik yang bukan muhrimnya. Inilah salah satu
ciri dari orang-orang yang tidak menyukuri nikmat atas apa yang telah Allah SWT
diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar